Soal Masa Pemulihan Ekonomi, Faisal Basari Sepakat dengan Luhut

Reporter

Eko Wahyudi

Editor

Rahma Tri

Rabu, 10 Juni 2020 21:27 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, memberi penjelasan setelah mendapat laporan soal kasus dugaan korupsi PT Asabri (Persero) di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Januari 2020. Tempo/Fajar Pebrianto

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri sepakat dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan soal waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan ekonomi Indonesia akibat pandemi Covid-19.

"Surprisingly ini sama dengan apa yang dikatakan Pak Luhut bahwa recovery Indonesia ini butuh waktu 5 tahun, baru semuanya bersih," kata Faisal saat diskusi virtual Indef, Rabu 10 Juni 2020.

Waktu lima tahun tersebut, kata Faisal, terhitung dari sekarang. Namun menurut dia, pemulihan perekonomian Indonesia bisa jadi lebih cepat tak sampai setengah dekade, jika kebijakan pemulihan itu diperbaiki.

Jika dikaitkan dengan pemulihan yang memerlukan waktu lima tahun, kata Faisal, stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah saat ini cenderung sedikit. Kemudian efektivitasnya hanya sekitar 50 persen. "Oleh karena itu lah maka kesimpulannya kelihatannya recovery akan seperti curva shape seperti nike tidak v curve," ucapnya.

Selain itu, kondisi ekonomi Indonesia, kata Faisal, diprediksi akan mencari cara untuk bisa tumbuh dalam beberapa tahun ke depan. Upaya itu dilakukan melalui sektor andalan yakni konsumsi rumah tangga. Namun, pertumbuhannya tidak akan melesat dalam jangka pendek.

<!--more-->

"Sampai 5 tahun ke depan kita punya trek baru, dalam pertumbuhan ekonomi itu yang lebih rendah dari potential outputnya. Sehingga setidaknya dalam 5 tahun ke depan mulai dari sekarang kita akan alami output loss. Jadi hilangnya output yang sebetulnya bisa dihasilkan perekonomian," kata Faisal Basri.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan negara-negara di dunia umumnya membutuhkan waktu lima tahun untuk memulihkan kondisi ekonomi pasca-pandemi corona. Wabah ini diakui telah mengakibatkan sejumlah sektor tumbang sehingga angka produk domestik bruto (PDB) menurun tajam.

"Saya tadi malam bicara hampir 2 jam dengan World Bank (Bank Dunia). World Bank memprediksi mungkin negara-negara untuk bisa pulih kembali income per kapitanya butuh waktu sampai 5 tahun," tutur Luhut dalam diskusi bersama Medcom Id, Senin petang, 2 Juni 2020.

Luhut menjelaskan, efek buruk virus corona terhadap pelemahan ekonomi bukan hanya dirasakan oleh Indonesia. Namun juga dialami sebanyak 215 negara di dunia.

Eko Wahyudi l Francisca Christy Rosana

Berita terkait

Satgas-Satgas Bentukan Jokowi, Terbaru Satgas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol

2 jam lalu

Satgas-Satgas Bentukan Jokowi, Terbaru Satgas Percepatan Swasembada Gula dan Bioetanol

Presiden Joko Widodo atau Jokowi kerap membentuk Satuan Tugas alias Satgas. terakhir tunjuk Bahlil pimpin Satgas Gula dan Bioetanol.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

13 jam lalu

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

BRIN sampaikan bisa saja padi hibrida dari Cina itu dicoba ditanam. Apa lagi, sudah ada beberapa varietas hibrida di Kalimantan. Tapi ...

Baca Selengkapnya

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Tugas dan Daftar Banyak Jabatan Lainnya

2 hari lalu

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Tugas dan Daftar Banyak Jabatan Lainnya

Menkomarinves Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk Jokowi sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional. Ini jabatan kesekian yang diterima Luhut.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

Zulhas mengatakan ada 40 pabrik yang memproduksi baja ilegal atau tidak memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Baca Selengkapnya

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

3 hari lalu

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional.

Baca Selengkapnya

Pro Kontra Rencana Pemerintah Buka Lahan Sejuta Hektar di Kalimantan untuk Padi Cina

3 hari lalu

Pro Kontra Rencana Pemerintah Buka Lahan Sejuta Hektar di Kalimantan untuk Padi Cina

Rencana pemerintah membuka lahan sejuta hektar di Kalimantan Tengah untuk proyek penanaman padi Cina dinilai tidak perlu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Keluhkan Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Ini Kilas Balik Menteri Luhut Berobat di Singapura

4 hari lalu

Jokowi Keluhkan Banyak WNI Berobat ke Luar Negeri, Ini Kilas Balik Menteri Luhut Berobat di Singapura

Salah satu menteri Jokowi, Luhut Binsar Pandjaitan, diketahui pernah berobat hampir sebulan di Singapura pada November tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

5 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

5 hari lalu

Benarkah Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Akan Lebih Sukses Dibanding Jakarta-Bandung?

Pengamat dari MTI membeberkan alasan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya bakal lebih sukses ketimbang Jakarta-Bandung.

Baca Selengkapnya

Luhut Temui Perdana Menteri Singapura, Buka Peluang Kerja Sama Baru

5 hari lalu

Luhut Temui Perdana Menteri Singapura, Buka Peluang Kerja Sama Baru

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menemui Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong.

Baca Selengkapnya