Hadapi 3 Masalah Sekaligus, Pertamina: Kondisi Cukup Menantang

Reporter

Eko Wahyudi

Editor

Rahma Tri

Rabu, 20 Mei 2020 18:52 WIB

Pengemudi ojek online melakukan pengisian BBM di SPBU Cikini, Jakarta, Selasa, 14 April 2020. PT. Pertamina memberikan bantuan cashback 50% kepada ojek darling hingga 12 Juli 2020 demi mereda pandemi virus corona. TEMPO/Muhammad Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 ini, PT Pertamina (Persero) menyatakan mengalami keadaan yang cukup menantang. Tak tanggung-tanggung, BUMN ini menghadapi tiga kendala sekaligus, yang belum pernah terjadi dalam 30 tahun terakhir.

Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, Heru Setiawan menyatakan, saat ini perseroan mengalami tiga situasi dalam waktu bersamaan. Kendala itu adalah penurunan penjualan atas migas, turunnya harga minyak dunia ke level terendah, dan nilai tukar rupiah atas dollar Amerika Serikat yang terus berfluktuasi.

Ketiga kejadian tersebut belum pernah terjadi secara bersamaan selama 30 tahun. "Memang terus terang saya di Pertamina 30 tahun belum pernah situasi seperti ini," kata dia saat diskusi virtual bersama Tempo yang disiarkan melalui kanal YouTube tempodotco, Rabu 19 Mei 2020.

Oleh karena itu, kata Heru, dalam kondisi seperti ini, Pertamina tidak bisa mengambil keputusan untuk jangka pendek saja. Sebaliknya, perseroan harus melihat potensi kejadian-kejadian yang akan terjadi dalam jangka panjang.

Heru mengatakan, kondisi pasar pada saat pandemi seperti sekarang belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda dalam waktu dekat, semuanya masih cenderung terus beubah . "Yang kita saat ini antisipasi adalah menurunkan risiko dari operasional Pertamina sehari-hari maupun dalam penyediaan BBM di masyarakat," ucapnya.

Dengan adanya tren penurunan harga minyak dunia, Heru mengatakan, perseroan memanfaatkan kondisi tersebut dengan melakukan pembelian minyak di luar jumlah biasanya. Hal itu dirasa akan memberikan keuntungan bagi Pertamina.

Walaupun permintaan minyak menurun, Pertamina menyatakan tak akan menurunkan level produksi migasnya, sesuai arahan Kementerian ESDM. Hal itu dikarenakan jika tingkat produksi saat ini diturunkan, dikhawatirkan akan menimbulkan risiko baru, yakni level produksi tak bisa kembali seperti semula.

"Sehingga kita harus tetap menjaga requirements management supaya menjamin pada saat itu nanti dibuka itu (keran produksi), kita bisa mencapai level produksi yang diinginkan," ucap Heru.

Eko Wahyudi

Berita terkait

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

1 jam lalu

Wamen BUMN Sebut Freeport Bisa Produksi 50 Ton Emas Batangan per Tahun: Mulai Mei di Manyar

Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo menargetkan Indonesia mulai bulan ini bakal memproduksi emas batangan secara mandiri hingga 50 ton per tahun.

Baca Selengkapnya

Waskita Karya jadi Anak Usaha Hutama Karya per September 2024, Begini Penjelasan Stafsus Erick Thohir

6 jam lalu

Waskita Karya jadi Anak Usaha Hutama Karya per September 2024, Begini Penjelasan Stafsus Erick Thohir

Stafsus Menteri BUMN Arya Sinulingga berharap konsolidasi PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dengan PT Hutama Karya (HK) akan rampung per September 2024.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

10 jam lalu

LPEM FEB UI Komentari Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tertinggi Sejak 2015

LPEM FEB UI memaparkan secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi masih cenderung stagnan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

18 jam lalu

Rupiah Ditutup Melemah 20 Poin Jadi Rp 16.046 per Dolar AS

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa melemah 20 poin.

Baca Selengkapnya

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

1 hari lalu

IPA Convex ke-48 Dihelat Pekan Depan, Ingin Menarik Kembali Investasi Migas ke Indonesia

IPA Convex ke-48 bertema Gaining Momentum to Advice Sustainable Energy Security in Indonesia and The Region.

Baca Selengkapnya

Pertalite Akan Dihapus? Ini Pernyataan Luhut yang Jadi Awal Kabar Itu

1 hari lalu

Pertalite Akan Dihapus? Ini Pernyataan Luhut yang Jadi Awal Kabar Itu

Sempat beredar kabar di media sosial bahwa pemerintah akan menghentikan produksi Pertalite, bensin beroktan 90, yang selama ini dijual dengan subsidi

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

1 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

2 hari lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Integrasikan Sektor Pupuk dan Pangan dalam Cetak Biru BUMN

2 hari lalu

Erick Thohir Integrasikan Sektor Pupuk dan Pangan dalam Cetak Biru BUMN

Menteri BUMN, Erick Thohir menyiapkan rancangan cetak biru BUMN hingga 2034 Mencakup rencana integrasi sektor pupuk dan pangan

Baca Selengkapnya