Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia usai konferensi pers di kantornya di Jakarta Selatan, Kamis, 31 Oktober 2019. Tempo/Fajar Pebrianto
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan berbagai negara saat ini tengah mengalami kelangkaan bahan baku alat pelindung diri (APD). Karena itu, pemerintah tak segan menindak pihak-pihak yang mempersulit industri.
"Seluruh dunia saat ini berebutan bahan baku APD. Baik negara maju juga mengalami kelangkaan," kata Bahlil melalui pernyataan tertulis, Ahad 5 April 2020.
Bahlil mengatakan, berbagai negara saat ini berebut bahan baku, utamanya dari Korea Selatan dan Cina. Karena itu, persaingan pengusaha dalam memperoleh bahan baku sangat tinggi. Berangkat dari persoalan ini, pemerintah tak ingin produsen dipersulit oleh siapa pun.
"Yang sengaja mempersusah produsen APD akan kita sikat. Mereka produksi saja sudah syukur sebab bahan baku yang berkualitas sangat langka," ucapnya.
Bahlil mengatakan, untuk distribusi APD, pemerintah akan memprioritaskan untuk kebutuhan domestik dan akan disalurkan melalui rumah sakit-rumah sakit di seluruh tanah air.
Dia berkunjung ke pabrik PT GA Indonesia di Bogor, Jawa Barat. Perusahaan tersebut sudah mendapat izin edar atas APD baju hazmat. PT GA pun berjanji akan membantu pemenuhan baju hazmat yang diperlukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk penanganan virus corona atau Covid-19.
PT GA Indonesia kini menggandeng lima perusahaan garmen Korea Selatan di Jawa Barat. Mereka bekerja sama mengejar percepatan pemenuhan kebutuhan baju APD bagi Indonesia. Konsorsium itu tergabung dalam Yayasan Indonesia Korea Network (IKN) dan Korean Association Bandung.
Pada 3 April 2020, 500 ribu baju APD dikirim ke berbagai daerah di Indonesia. Kerja sama ini berjalan atas bantuan dan dukungan pemerintah Indonesia dan pemerintah Korea Selatan. Selain mengizinkan pemakaian bahan baku Korea Selatan untuk pembuatan baju APD, pemerintah dengan cepat memberikan izin edar bagi produk tersebut. Ke depannya jika bahan baku memadai, konsorsium dapat memproduksi hingga 100 ribu pcs per hari.