TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan Ternak Fenni Firman Gunadi mengatakan akan mulai mengimpor jagung pada September - Oktober. Sebab pihaknya kesulitan mendapatkan jagung untuk diolah menjadi bahan makanan ternak. "Di lapangan kami masih repot mencari jagung," kata Fenni kepada TEMPO melalui telepon, Senin (18/8). Hinga Juli lalu, produksi jagung dalam negeri mencapai 11 juta ton pipilan kering. Badan Pusat Statistik memperkirakan produksi jagung pada angka ramalan II (ARAM II) sebesar 14,854 juta ton pipilan kering. Dibandingkan produksi 2007 (angka ramalan tetap/ATAP), jumlah itu naik 1,57 juta ton atau sebesar 11,79%. Dengan peningkatan produksi jagung saat ini, kata Fenni, seharusnya Indonesia tidak perlu lagi impor jagung. Namun karena lokasi produksi jagung tidak berdekatan dengan sentra produksi pakan, pasokan ke pasar kerap menjadi kendala. "Seharusnya pemerintah memperjelas sebaran waktu, wilayah dan jumlah panen," kata Fenni. Dengan kejelasan ini, pengusaha pakan ternak akan lebih mudah mendapatkan produk jagung. Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak mencapai 3,6-4 juta ton pertahun. Menurut data Departemen Pertanian, tahun lalu Indonesia mengimpor sekitar 414 ribu ton. Angka ini menurun dibandingkan impor pada 2006 sebesar 1,6 juta ton. Ismi Wahid