BI Longgarkan Aturan LTV, Industri Properti Masih Lesu

Jumat, 7 Februari 2020 13:33 WIB

Petugas menawarkan properti pada pengunjung dalam acara Indonesia Property Expo (IPEX) 2019 di JCC, Senayan, Jakarta, 16 November 2019. Pameran ini digelar dalam rangka ulang tahun KPR ke-43. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, Jakarta - Kebijakan Bank Indonesia atau BI yang melonggarkan rasio loan to value (LTV) atau uang muka kredit properti sejak Desember 2019 dinilai masih belum terlalu efektif untuk menggairahkan industri. Director Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo menyebutkan hingga kini pengaruh beleid itu belum terlalu terasa.

Arief menjelaskan, beberapa pengembang masih ada yang tetap menentukan batas minimum uang muka kepada para pembeli. Padahal kebijakan pelonggaran uang muka itu dilakukan untuk menarik minat masyarakat membeli rumah.

"Beberapa kali pemerintah mengurangi uang muka (untuk pembiayaan perumahan), tetapi itu tidak efektif. Kebijakan belum bisa untuk mendorong permintaan," ujar Arief, Kamis, 6 Februari 2020.

Lebih jauh, kata Arief, secara umum para pengembang masih menentukan batas minimum uang muka sebesar 5 persen, bahkan untuk kredit rumah pertama. "Hal tersebut membuat batasan uang muka yang lebih tinggi untuk kredit rumah kedua dan selanjutnya."

Advertising
Advertising

Dengan batasan uang muka minimum 5 persen, menurut Arief, segmen pasar pengguna (end user) atau milenial masih merasa sangat keberatan. Cicilan per bulan yang dirasa masih sangat tinggi juga semakin membebani para calon pembeli rumah. Dengan kondisi tersebut, dia menuturkan tak sedikit segmen milenial yang menyiasatinya dengan memilih tinggal di hunian berkonsep co-living.

BI sebelumnya memutuskan untuk merelaksasi LTV maupun financing to value (FTV) kredit properti dan uang muka kendaraan bermotor. BI mengenakan rasio LTV yang lebih rendah untuk pembiayaan properti dan kendaraan bermotor yang ramah lingkungan.

Bank Indonesia juga mengganjar tambahan keringanan rasio LTV dan FTV kredit atau pembiayaan properti dan uang muka kendaraan bermotor ramah lingkungan masing-masing sebesar 5 persen.

Sebelumnya Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja memperkirakan bahwa kebijakan pelonggaran loan to value (LTV) yang diputuskan Bank Indonesia akan berimbas positif. Menurut dia, pelonggaran LTV ini akan dapat menggerakkan kredit di sektor properti.

“LTV dapat mendorong kredit properti, (asalkan) yang penting daya beli masyarakatnya ada. LTV akan kami sesuaikan dengan profil kredit nasabah, sudah ada dukungan dari BI, akan disesuaikan dengan risk appetite masing-masing bank,” kata Jahja pertengahan September 2019 lalu.

BISNIS

Berita terkait

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

4 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

4 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

7 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

8 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

8 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

9 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

Bank Mandiri merespons soal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

9 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

9 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya

Kurs Rupiah Kian Jeblok ke 16.117 per USD, Bos Apindo Minta BI Segera Intervensi

19 hari lalu

Kurs Rupiah Kian Jeblok ke 16.117 per USD, Bos Apindo Minta BI Segera Intervensi

Pemerintah, khususnya BI, Kementerian Keuangan dan OJK diminta untuk segera melakukan sejumlah langkah intervensi agar mencegah rupiah kian jeblok.

Baca Selengkapnya

Spanyol Hapus Kebijakan Golden Visa

23 hari lalu

Spanyol Hapus Kebijakan Golden Visa

Spanyol berencana menghapus golden visa yakni program yang memberikan hak kepada warga di luar Uni Eropa untuk membeli proporti di Spanyol

Baca Selengkapnya