Awasi Natuna, KKP Terus Koordinasi dengan Kemenko Polhukam

Reporter

Antara

Editor

Rahma Tri

Senin, 6 Januari 2020 16:55 WIB

Pergerakan KRI Teuku Umar-385 saat menghalau kapal Coast Guard Cina terlihat melalui layar yang tersambung kamera intai di Laut Natuna, Sabtu, 4 Januari 2020. Tindakan yang dilakukan TNI masih bersifat persuasif dengan memperingati kapal Cina bahwa mereka sudah menerobos sekaligus menangkap ikan secara ilegal di Laut Natuna.ANTARA/M Risyal Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus melakukan koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) untuk memperketat pengawasan perairan Indonesia, terutama Natuna yang saat ini memanas.

"Kita terus koordinasi dengan Kemenko Polhukam. Kemarin, sudah ada instruksi, kita akan perkuat. Ini melibatkan semua kementerian, KKP akan menjalankan tugas sesuai dengan porsinya. Apapun yang diperintahkan pada kami, kami akan jalankan," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo usai menghadiri pertemuan pendahuluan pemeriksaan laporan keuangan kementerian oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Jakarta, Senin 6 Januari 2020.

Ia memastikan pengawasan perairan Natuna akan terus dilakukan oleh pemerintah, termasuk melibatkan Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara Ilegal (Satgas 115). "Satgas 115 kan perangkat tugas kami dari Presiden dan ini kan terus berjalan. Bagian alat untuk memperkuat," katanya.

Edhy Prabowo menambahkan menjaga kedaulatan wilayah Indonesia merupakan tujuan utama. Namun, Indonesia tetap tidak boleh terprovokasi oleh pihak lain yang mencoba mengganggu atau mengklaim wilayah. "Kita jangan terpancing, jangan terprovokasi, kita harus cool, kita sikapi ini, yang jelas kedaulatan segala-galanya. Pengawasan ya terus kita kirim tim. Kita kan sudah punya mekanismenya, punya aturannya," katanya.

Dalam menjaga wilayah di perairan Indonesia, salah satunya di Natuna, Kepulauan Riau, menurut Edhy, KKP harus selektif dalam melakukan pemeriksaan. Mengingat, jumlah kapal yang melintas cukup banyak dan bukan hanya kapal penangkap ikan, seperti kapal transportasi dan perdagangan.

"Kalau kapal nelayan kita ambil, kemarin kita sudah menangkap tiga kapal (di Natuna), sekarang sudah ada di Pontianak. Saya harusnya hari ini ada di sana untuk menyambut ABK kita yang berhasil membawa tiga kapal, karena terjadi perlawanan yang sangat sengit," kata Edhy.

BISNIS

Berita terkait

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

1 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

2 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

16 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

21 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

22 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

23 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya