Pemerintah akan Remajakan 500 Ribu Hektare Sawit dalam Tiga Tahun
Reporter
Ahmad Faiz Ibnu Sani
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Senin, 23 Desember 2019 11:26 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan moratorium lahan sawit masih berlaku kendati pemerintah menargetkan campuran solar dengan sawit sebesar 100 persen (B100). Sebagai gantinya pemerintah akan meremajakan 500 ribu hektare lahan sawit dalam tiga tahun ke depan.
Jokowi menjelaskan program peremajaan lahan sawit ini sejatinya sudah berlangsung dua tahun terakhir. Ia berjanji bakal terus menjalankan program ini karena dana sawit yang tertampung di Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit besar, yakni sekitar Rp 20 triliun.
"Ini yang akan kami pakai untuk replanting peremajaan kebun sawit milik petani. Target kita, 500 ribu hektare dalam tiga tahun ke depan untuk peremajaan sawit," kata Jokowi usai meresmikan implementasi B30 di SPBU Pertamina Jalan MT. Haryono, Tebet, Jakarta, Senin, 23 Desember 2019.
Ketimbang mencari lahan baru, Jokowi meminta pengusaha sawit meningkatkan produksinya per hektare per tahun. "Artinya per hektare harus dilipatkan. Kalau sekarang satu hektare hampir 4 ton, ya, kan? Gimana cara mencapai ke 7 atau 8 ton per hektare."
Jokowi berujar negara lain ada yang bisa produksi sawitnya mencapai 8 ton. Indonesia bisa menirunya asalkan menggunakan bibit sawit yang berkualitas.
Dalam sambutannya saat meresmikan implementasi program Biodiesel 30 persen atau B30, Jokowi mengatakan program ini berpotensi menghemat US$ 4,8 miliar atau Rp 63 triliun.
Ada tiga alasan mengapa pemerintah buru-buru menerapkan campuran solar dengan sawit ini. Pertama, pemerintah berusaha mencari sumber energi baru terbarukan pengganti energi fosil yang akan habis. Pengembangan energi terbarukan juga membuktikan komitmen pemerintah untuk menjaga planet bumi, menjaga energi bersih dengan menurunkan emisi gas karbon dan meningkatkan kualitas lingkungan.
Alasan kedua, ketergantungan impor solar Indonesia sangat tinggi. Padahal, kata Jokowi, Indonesia merupakan penghasil sawit terbesar di dunia yang bisa diolah menjadi bahan bakar nabati sebagai pengganti solar.
Adapun alasan ketiga, B30 diprediksi menciptakan permintaan domestik CPO yang sangat besar. Hal ini akan menimbulkan multiplier effect pada 16,5 juta petani. "Program B30 akan berdampak pada petani kecil dan menengah dan di pabrik kelapa sawit," ucap dia.
Jokowi menjelaskan, setelah sukses menerapkan B30 langkah selanjutnya adalah masuk ke B50 hingga B100. Jika ini sukses, ia yakin Indonesia tidak gampang ditekan oleh negara lain terutama soal kampanye negatif sawit. "Ini kami step by step, ya. Tahun depan nanti masuk ke B40, 2021 masuk ke B50. Targetnya kira-kira itu," katanya.