Jokowi Ingin UMKM Genjot Ekspor, Bagaimana Dukungan Perbankan?
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Jumat, 20 Desember 2019 16:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi berharap usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bisa berkontribusi besar terhadap kinerja ekspor Tanah Air. Hal itu disampaikan dalam pidato pembukaan acara UMKM Export BRIlianPreneur 2019 hari ini, Jumat, 20 Desember 2019.
Harapan Jokowi bukan tanpa alasan. Pasalnya, bila melihat dari sisi pembiayaan perbankan kepada sektor tersebut, rasio kredit UMKM stagnan selama 5 tahun terakhir.
Data Bank Indonesia menyebutkan, kredit UMKM selalu tumbuh di atas total porfotolio pembiayaan perbankan. Per Oktober 2019, sektor tersebut mencatat kenaikan sebesar 9,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 1.042, 2 triliun. Pada saat yang sama funsi intermediasi bank secara total tumbuh 6,6 persen yoy menjadi Rp 5.531,4 triliun.
Pertumbuhan di atas rata-rata industri tersebut terjadi sejak paruh kedua tahun ini. Akan tetapi hal tersebut belum kuat untuk mendorong rasio UMKM melampaui cita-cita Bank Indonesia. Menurut Peraturan Bank Indonesia 17/12/PBI/2015, perbankan diharuskan memiliki portofolio pembiayaan UMKM sebesar 20 persen pada 2018.
Adapun data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, berdasarkan kelompok bank, hanya bank pelat merah yang memenuhi rasio kredit UMKM terhadap total kredit lebih dari 20 persen. Tanpa bank milik negara, industri perbankan hanya mencatat rasio kredit UMKM sebesar 13,6 persen per September 2019.
OJK juga mencatat bahwa bank asing dan campuran memiliki rasio kredit UMKM paling rendah. Kelompok bank ini sepanjang 2019 hanya berhasil membukukan rasio sekitar 2 persen.
Sebelumnya Presiden Jokowi juga mendorong pelaku UMKM untuk meningkatkan daya saing sehingga produknya dapat menembus pasar ekspor. "Menembus pasar global dengan peningkatan daya saing ini bisa dari sisi harga, sisi kemasan, kualitas," katanya.
Meski begitu, Jokowi juga mengingatkan bahwa Indonesia tidak bisa menutup diri dari impor. Oleh karena itu ia berpesan para pengusaha tidak melupakan pasar domestik yang sangat besar. "Jangan sampai terlalu konsentrasi di ekspor, pasar domestik dilupakan sehingga malah dikuasai produk impor," katanya.
BISNIS | ANTARA