Valuasi Saudi Aramco Terkerek Harga Saham yang Melejit
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rahma Tri
Senin, 16 Desember 2019 10:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Valuasi perusahaan minyak Saudi Aramco kembali mendekati US$ triliun setelah terkerek nilai saham yang melejit dalam tiga hari terakhir. Saham Aramco selama tiga hari berturut-turut tercatat naik ke level 37,4 riyal Saudi atau sekitar US$9,97.
Kenaikan harga saham sebesar 1,63 persen itu pun mengerek valuasi perusahaan minyak tersebut. Reuters melansir adanya demand tambahan, terutama dari investor yang tergolong pasif. Lonjakan permintaan itu diperkirakan terjadi pada pekan ini seiring dengan bergabungnya saham Saudi Aramco dengan indeks Tadawul dan benchmark global, seperti MSCI.
Saudi Aramco sebelumnya melepas 1,5 persen sahamnya di harga 32 riyal Saudi melalui Initial Public Offering (IPO) di bursa saham Arab Saudi, Tadawul Rabu pekan lalu. Dana segar yang diperoleh perusahaan dari aksi korporasi ini mencapai US$25,6 miliar.
Nilai IPO tersebut sekaligus menjadi yang terbesar dalam sejarah, mengalahkan Alibaba saat listing di bursa New York dengan nilai US$25 miliar, pada 2014. Saudi Aramco merupakan perusahaan terbesar dan paling menguntungkan di dunia. Namun, valuasinya dinilai tak sebesar yang diklaim oleh Pemerintah Arab Saudi.
Sebelum go public pada pekan lalu, valuasi Aramco ditetapkan berada di level US$1,7 triliun. Bahkan, ada beberapa pihak yang menilai valuasinya di bawah posisi tersebut.
<!--more-->
Firma Bernstein misalnya, menyatakan Aramco hanya memiliki valuasi US$1,36 triliun karena besarnya kepemilikan saham milik Pemerintah Arab Saudi di perusahaan tersebut, yang mencapai 98,5 persen.
IPO Aramco merupakan bagian dari rencana kerajaan di Timur Tengah itu untuk mendiversifikasi pendapatannya, yang selama ini bergantung pada minyak. Adapun rencana kerja sama Aramco dengan PT Pertamina (Persero) juga tak kunjung terealisasi.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan pembahasan kerja sama perseroan dengan Saudi Aramco mundur lagi hingga kuartal pertama tahun depan. Namun, ia memastikan kerja sama dengan Saudi Aramco pada Kilang Cilacap tetap berjalan meski ada perubahan skema.
"Soal kerja sama Aramco masih berjalan. Targetnya di kuartal pertama tahun depan ini sudah harus selesai," ujar Nicke di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis, 12 Desember 2019.
Nicke menjelaskan, skema kerja sama Pertamina dengan Aramco adalah dengan menawarkan pembangunan kilang baru, meski wilayahnya masih sama yaitu di sekitar Kilang Cilacap, Jawa Tengah. Hal ini pun sama dengan opsi skema kerja sama yang pernah dilakukan pada kilang Balikpapan, Kalimantan Timur, di mana Pertamina dan Saudi Aramco tidak perlu melakukan spin off kilang eksisting.