Sesuai Prediksi, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Reporter
Dias Prasongko
Editor
Rahma Tri
Kamis, 21 November 2019 15:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 5,00 persen. Selain itu, suku bunga lending facility dan deposit facility juga tetap dipertahankan pada level 5,75 persen dan 4,25 persen.
"Ke depan, kebijakan moneter akan tetap akomodatif dan konsisten dengan perkiraan inflasi terkendali pada kisaran sasaran, memperhatikan stabilitas eksternal dan bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah menurunnya ekonomi global," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat mengelar konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, 21 November 2019.
Oktober lalu, BI memutuskan untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin atau bps, sehingga kini menjadi 5 persen. Selain itu, BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposit facility dan lending facility sebesar 25 bps, sehingga masing-masing menjadi 4,25 persen dan 5,75 persen.
Bank Indonesia menjelaskan, kebijakan penurunan suku bunga pada Oktober 2019 diputuskan sejalan dengan konsistensi rendahnya perkiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran 3,5 persen. Serta tetap menariknya imbal hasil pasar keuangan domestik sehingga ikut mendukung stabilitas eksternal.
Dengan kebijakan ini, BI tercatat telah menurunkan tingkat suku bunga sebanyak empat kali pada 2019. Penurunan pertama diputuskan pada 18 Juni 2019 sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen, kedua pada 22 Agustus, dan ketiga 19 September 2019. Adapun, sepanjang 2018, BI telah menaikkan tingkat suku bunga sebesar 175 bps menjadi 6 persen.
<!--more-->
Sebelumnya, ekonom senior Indef Faisal Basri memprediksi BI bakal mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Day Reverse Repo Rate pada bulan ini. Menurut Faisal, hal itu bertujuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Artinya ruang gerak moneter itu terbatas. Jadi, mau diturunkan lagi jadi 4, inflasinya 3,2 persen, jadi nett marginnya itu benar-benar flat. Jadi, BI akan menjaga agar rupiah itu tetap stabil," kata Faisal di Hotel Milenium, Jakarta, Rabu, 20 November 2019.
Faisal menilai jika suku bunga kembali diturunkan, maka investor akan keluar dari Indonesia untuk mencari imbal hasil bunganya lebih tinggi. Jika hal itu terjadi, akan memiliki dampak bagi nilai tukar rupiah. Ia juga melihat BI akan menahan suku acuan karena adanya defisit transaksi berjalan atau current account defisit yang masih lebar.
DIAS PRASONGKO | HENDARTYO HANGGI