Kisruh, Garuda - Sriwijaya Air Sepakat Melanjutkan Kongsi

Jumat, 8 November 2019 08:04 WIB

Pengacara sekaligus pemegang saham Sriwijaya Air Yusril Ihza Mahendra selepas rapat di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta. Kamis, 7 November 2019. Tempo/Caesar Akbar

Tempo.Co, Jakarta - Perusahaan maskapai penerbangan Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group akhirnya bersepakat melanjutkan kerja sama sementara. Upaya ini merupakan solusi atas masalah manajemen yang dialami kedua entitas hingga menyebabkan pecah kongsi.

“Saat ini, para pihak sepakat untuk memperpanjang perjanjian sementara sambil melakukan revisi perjanjian KSM. Sehingga, kerja sama ini menguntungkan kedua pihak,” ujar pemegang saham Sriwijaya Air, Yusril Izha Mahendra, kepada Tempo pada Kamis petang, 7 November 2019.

Adapun kedua perusahaan tengah melakukan evaluasi terhadap kerja sama manajemen atau KSM yang terjalin sejak November 2018. Yusril mengatakan evaluasi dalam rangka merevisi kebijakan ini salah satunya meliputi audit keuangan.

Menurut Yusril, saat ini terjadi ketidakseragaman persepsi keuangan antara Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air. Garuda Indonesia, kata dia, menyebut keuangan Sriwijaya Air membaik setelah keduanya menjalin kerja sama.

"Sedangkan Sriwijaya Air berpendapat selama kerja sama, keadaan perusahaan malah makin buruk. Pengelolaan perusahaan tidak efisien dan utang makin membengkak bukannya makin berkurang," ujarnya.

Yusril mengimbuhkan, audit akan menggamblangkan kondisi perusahaan setelah kerja sama terjalin. "Kita lihat secara objrktif setelah dilakukan audit, baik Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan maupun auditor independen," ucapnya.

Menurut Yusril, evaluasi akan kelar selambat-lambatnya dua pekan. Setelah evaluasi selesai, Sriwijaya akan memutuskan apakah manajemen bakal tetap menjalan kerja sama dengan Garuda Indonesia atau tidak.

Juru bicara Garuda Indonesia, Ikhsan Rosan, membenarkan kesepakatan kerja sama sementara tersebut. "Benar demikian," kata Ikhsan dalam pesan pendek.

Sebelumnya, Direktur Teknik dan Layanan Garuda Iwan Joeniarto menginformasikan bahwa Sriwijaya Air tidak lagi tergabung dengan Garuda Indonesia Group. "Dengan berat hati, kami menginformasikan bahwa Sriwijaya melanjutkan bisnisnya sendiri,” kata Iwan Joeniarto dalam keterangan tertulis pada Kamis, 7 November 2019.

Adanya pemberitahuan ini sekaligus menandai bahwa hubungan Sriwijaya Group dan Garuda Indonesia Group, yang sebelumnya berstatus kerja sama manajemen atau KSM, kembali menjadi business to business (B to B). Buyarnya hubungan Sriwijaya dan maskapai pelat merah ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada September lalu, kerja sama keduanya sudah lebih dulu retak. Namun, sempat rujuk.

Berita terkait

Profil Hendry Lie, Bos Sriwijaya Air yang Ditetapkan Tersangka Kasus Timah

1 hari lalu

Profil Hendry Lie, Bos Sriwijaya Air yang Ditetapkan Tersangka Kasus Timah

PT Sriwijaya Air didirikan oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim pada 28 April 2003.

Baca Selengkapnya

Hendry Lie Pendiri Sriwijaya Air Tersangkut Kasus Timah, Apa Peran dan Dampaknya pada Maskapai?

1 hari lalu

Hendry Lie Pendiri Sriwijaya Air Tersangkut Kasus Timah, Apa Peran dan Dampaknya pada Maskapai?

Kejaksaan Agung menetapkan pendiri Sriwijaya Air Hendry Lie sebagai tersangka kasus dugaan korupsi PT Timah, bagaimana dampaknya ke Maskapai?

Baca Selengkapnya

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

2 hari lalu

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

Lembaga antikorupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO), mendapat kompensasi 992 juta Euro terkait kasus suap pembelian pesawat Garuda pada 2017

Baca Selengkapnya

Garuda Indonesia Buka Rute Penerbangan Manado-Bali dengan Tiket Mulai Rp 2,1 Juta

3 hari lalu

Garuda Indonesia Buka Rute Penerbangan Manado-Bali dengan Tiket Mulai Rp 2,1 Juta

Rute penerbangan Garuda Indonesia rute Manado - Bali akan dioperasikan sebanyak dua kali setiap minggunya pada Jumat dan Minggu.

Baca Selengkapnya

Bos Garuda Indonesia Respons Kebijakan Kemenhub yang Pangkas Jumlah Bandara Internasional

5 hari lalu

Bos Garuda Indonesia Respons Kebijakan Kemenhub yang Pangkas Jumlah Bandara Internasional

Maskapai Garuda Indonesia belum ada rencana menambah perjalanan internasional dari bandara yang lain.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran Akan Dilantik, Begini Aturan Memasang Foto Presiden dan Wapres

8 hari lalu

Prabowo-Gibran Akan Dilantik, Begini Aturan Memasang Foto Presiden dan Wapres

Foto Prabowo dan Gibran akan segera terpajang di berbagai kantor, lembaga dan instansi

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

8 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Sederet Kasus yang Menyeret Robert Bonosusatya, Jalur Alternatif Pansela hingga Diskon Garuda

29 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Sederet Kasus yang Menyeret Robert Bonosusatya, Jalur Alternatif Pansela hingga Diskon Garuda

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang Rabu, 3 April 2024 dimulai dengan sederet kasus yang menyeret Robert Bonosusatya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Dampak Jokowi Minta Desain Istana Wapres Direvisi, Menaker Ingatkan THR Cair H-7 Lebaran

50 hari lalu

Terpopuler: Dampak Jokowi Minta Desain Istana Wapres Direvisi, Menaker Ingatkan THR Cair H-7 Lebaran

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Rabu, 13 Maret 2024, dimulai dari instruksi Presiden Jokowi agar desain istana Wapres di IKN direvisi.

Baca Selengkapnya

Garuda Indonesia Menang Banding atas Gugatan Greylag Entities di Paris

29 Februari 2024

Garuda Indonesia Menang Banding atas Gugatan Greylag Entities di Paris

Garuda Indonesia menang banding atas gugatan Greylag Entities dalam kasus judicial release (pembebasan yudisial).

Baca Selengkapnya