Jadi Dirut Bulog, Buwas Paling Takut Dimarahi Ibu-ibu

Reporter

Eko Wahyudi

Editor

Rahma Tri

Jumat, 1 November 2019 13:35 WIB

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso melepas 20 truk untuk operasi pasar wilayah DKI Jakarta dari Kantor Pusat Perum Bulog, Senin, 23 September 2019. TEMPO/Eko Wahyudi

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso yang biasa disapa Buwas akhirnya buka rahasia dengan membeberkan perasaannya saat pertama kali ditunjuk Presiden Jokowi sebagai orang nomor satu di perseroan yang khusus menangani pangan. Buwas mengatakan sempat ragu menerima tanggung jawab yang dinilainya berat, karena berhubungan langsung dengan perut jutaan orang.

"Di kala saya mendapatkan ini sebenarnya saya ragu. Karena di luar kemampuan saya. Tapi karena saya berangkat dari seorang abdi negara maka saya pemikirannya adalah pengabdian, dan harus nothing to lose, serta ikhlas," kata Buwas di acara Ngopi BUMN, di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 1 November 2019.

Dia juga mengutarakan, bahwa apa yang dilakukan saat ini juga sangat krusial, karena apabila Bulog gagal dalam menjalankan mandat sebagai penjaga ketahanan pangan maka dirinya harus berhadapan dengan ibu-ibu. "Kalau beras enggak ada yang gelisah siapa? Ibu-ibu. Kalau berasnya jelek yang marah siapa? Ibu-ibu. Kalau berasnya mahal siapa yang marah-marah? Ibu-ibu. Dan Bulog sebagai penyuplai beras bisa dimarahin nanti," tutur Buwas.

Walaupun semula menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) yang jauh dari urusan pangan, Buwas berkomitmen menjalani amanah sebagai Dirut Bulog. Sebab ia menilai, urusan Bulog juga berkaitan dengan upaya membangun generasi bangsa yang lebih sehat dan cerdas.

"Dulu mencegah generasi bangsa agar tidak rusak, sekarang menangani bagaimana generasi bangsa sehat. Sesuai program Pak Presiden SDM (sumber daya manusia) unggul, sumbernya dari pangan yang terjamin," ujar Budi Waseso.

<!--more-->

Buwas juga sempat kaget ketika baru memasuki dunia pangan, karena menurutnya hal yang telah dilihat itu banyak yang tidak sesuai dengan apa yang ia anut. Jadi dia beranggapan, Bulog saat itu harus perlu dibenahi, agar bisa mencapai target ketahanan pangan.

"Ketika masuk Bulog tidak seperti yang saya bayangkan. Begitu saya lihat, waduh ternyata sulit sekali karena banyak yang harus dibenahi. Ketahanan pangan tidak mungkin dicapai Bulog kecuali Bulog bekera keras dan mau bersinergi dengan kementerian lain," ungkap dia.

Dia menceritakan, bahwa tugas lainnya di Bulog adalah menjaga tingga inflasi agar tidak melonjak terlalu tinggi. Sebab, salah satu penyumbang inflasi di Indonesia adalah fluktuasi harga beras. Oleh karena itu, Buwas mengatakan, hal ini harus ditangani secara serius dan professional.

"Tapi lebih dominan ke tugas negara untuk mengelola cadangan pangan. Untuk menjaga harga stabil. Kira mendorong agar tidak terjadi inflasi. Dan yang utama itu pangan," kata Buwas.

Berita terkait

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

3 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

4 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

4 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

5 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

5 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

5 hari lalu

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah, Jika Diminta

Bulog mengaku siap jika diminta pemerintah menjadi off-taker gabah dari kerjasama pertanian Indonesia dan Cina

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya