Jadi Dirut Bulog, Buwas Paling Takut Dimarahi Ibu-ibu
Reporter
Eko Wahyudi
Editor
Rahma Tri
Jumat, 1 November 2019 13:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso yang biasa disapa Buwas akhirnya buka rahasia dengan membeberkan perasaannya saat pertama kali ditunjuk Presiden Jokowi sebagai orang nomor satu di perseroan yang khusus menangani pangan. Buwas mengatakan sempat ragu menerima tanggung jawab yang dinilainya berat, karena berhubungan langsung dengan perut jutaan orang.
"Di kala saya mendapatkan ini sebenarnya saya ragu. Karena di luar kemampuan saya. Tapi karena saya berangkat dari seorang abdi negara maka saya pemikirannya adalah pengabdian, dan harus nothing to lose, serta ikhlas," kata Buwas di acara Ngopi BUMN, di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 1 November 2019.
Dia juga mengutarakan, bahwa apa yang dilakukan saat ini juga sangat krusial, karena apabila Bulog gagal dalam menjalankan mandat sebagai penjaga ketahanan pangan maka dirinya harus berhadapan dengan ibu-ibu. "Kalau beras enggak ada yang gelisah siapa? Ibu-ibu. Kalau berasnya jelek yang marah siapa? Ibu-ibu. Kalau berasnya mahal siapa yang marah-marah? Ibu-ibu. Dan Bulog sebagai penyuplai beras bisa dimarahin nanti," tutur Buwas.
Walaupun semula menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) yang jauh dari urusan pangan, Buwas berkomitmen menjalani amanah sebagai Dirut Bulog. Sebab ia menilai, urusan Bulog juga berkaitan dengan upaya membangun generasi bangsa yang lebih sehat dan cerdas.
"Dulu mencegah generasi bangsa agar tidak rusak, sekarang menangani bagaimana generasi bangsa sehat. Sesuai program Pak Presiden SDM (sumber daya manusia) unggul, sumbernya dari pangan yang terjamin," ujar Budi Waseso.
<!--more-->
Buwas juga sempat kaget ketika baru memasuki dunia pangan, karena menurutnya hal yang telah dilihat itu banyak yang tidak sesuai dengan apa yang ia anut. Jadi dia beranggapan, Bulog saat itu harus perlu dibenahi, agar bisa mencapai target ketahanan pangan.
"Ketika masuk Bulog tidak seperti yang saya bayangkan. Begitu saya lihat, waduh ternyata sulit sekali karena banyak yang harus dibenahi. Ketahanan pangan tidak mungkin dicapai Bulog kecuali Bulog bekera keras dan mau bersinergi dengan kementerian lain," ungkap dia.
Dia menceritakan, bahwa tugas lainnya di Bulog adalah menjaga tingga inflasi agar tidak melonjak terlalu tinggi. Sebab, salah satu penyumbang inflasi di Indonesia adalah fluktuasi harga beras. Oleh karena itu, Buwas mengatakan, hal ini harus ditangani secara serius dan professional.
"Tapi lebih dominan ke tugas negara untuk mengelola cadangan pangan. Untuk menjaga harga stabil. Kira mendorong agar tidak terjadi inflasi. Dan yang utama itu pangan," kata Buwas.