Setelah Deflasi, Ekonom Prediksi Oktober terjadi Inflasi Rendah

Jumat, 1 November 2019 07:27 WIB

Aktivitas jual beli di pasar tradisional Pasar Paseban, Jakarta, 21 Oktober 2017. Saat ini PD Pasar Jaya tengah fokus menyelesaikan revitalisasi 16 pasar tradisional hingga akhir tahun 2017. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi inflasi pada bulan Oktober 2019 mencapai 3,23 persen (yoy), atau 0,11 persen (mtm) dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,27 persen (mtm).

Josua memperkirakan laju inflasi pada Oktober 2019 lebih dikarenakan oleh peningkatan inflasi harga bergejolak. Beberapa harga komoditas pangan yang cenderung meningkat di antaranya beras tercatat inflasi 0,13 persen (mtm), daging ayam ras tercatat inflasi 7,25 persen (mtm), bawang merah inflasi 8,14 persen (mtm), dan daging sapi inflasi 0,04 persen (mtm).

Pada sisi lain masih ada beberapa komoditas pangan yang mengalami deflasi atau penurunan antara lain; telur ayam deflasi 3,19 persen (mtm), cabai merah deflasi 4,09 persen (mtm), dan cabai rawit mengalami deflasi 3,83 persen (mtm). Sementara itu, inflasi inti cenderung stabil pada kisaran 3,3 persen (yoy). dengan mempertimbangkan tren penurunan harga emas pada Oktober.

“Ke depannya, inflasi diperkirakan cenderung stabil pada target inflasi BI yakni pada kisaran 3,2 persen sampai 3,4 persen hingga akhir tahun mempertimbangkan komitmen pemerintah untuk berkoordinasi di tingkat nasional dan dearth mengendalikan harga pangan,” kata Josua, Kamis, 31 Oktober 2019.

Josua menjelaskan, faktor musiman yakni kemarau belum mempengaruhi inflasi secara signifikan pada Oktober ini. Meski demikian Josua mengingatkan pada akhir tahun umumnya tren inflasi meningkat. Sehingga, pengendalian inflasi pangan perlu dikelola dengan baik, meskipun Oktober ini sudah ada panen raya beberapa komoditas pangan.

Advertising
Advertising

“Namun panen padi pada September-Oktober ini tidak sebesar panen raya Maret-April sehingga penurunan supply perlu dimonitor khususnya awal tahun depan,” ujar Josua.

<!--more-->

Hal ini mengingat pada awal tahun depan inflasi rawan meningkat karena ada penyesuaian tarif cukai rokok, dan kenaikan iuran BPJS Kesehatan. Dengan dua penyesuaian itu, dia memprakirakan inflasi berpeluang meningkat.

Sementara itu, menurut Peneliti Bidang Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan, inflasi Oktober yang rendah punya banyak faktor. Salah satunya adalah harga minyak memang relatif bergerak stagnan.

Di lain pihak, inflasi pangan juga masih tinggi sehingga harus menjadi perhatian pemerintah dan juga Bank Indonesia dalam mengelola kebijakan moneter. "Dari sisi impor pun (inflasi) tidak signifikan, karena rupiah cenderung menguat," ujar Abdul.

Data Survei Pemantauan Harga dari BI sebelumnya mencatat kenaikan harga yang disumbang sejumlah komoditas per Oktober ini disumbang oleh sejumlah komoditas. Berbagai komoditas itu daging ayam ras sebesar 0,06 persen, bawang merah inflasi 0,02 persen, dan inflasi dari rokok kretek filter sebesar 0,02 persen.

Sepanjang Oktober 2019 pun masih ada sejumlah komoditas mengalami deflasi antara lain cabai merah 0,06 persen, telur ayam ras 0,04 persen, cabai rawit 0,03 persen, dan tarif dasar angkutan udara 0,02 persen.

BISNIS

Berita terkait

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

6 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

6 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

8 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

9 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

9 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

10 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya