OJK: Pemindahan Ibu Kota Berpotensi Dorong Pemerataan Investor

Sabtu, 26 Oktober 2019 08:29 WIB

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen usai meluncurkan program Simplifikasi Pembukaan Rekening Efek dan Rekening Dana Nasabah Secara Elektronik di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2019. Tempo/Hendartyo Hanggi

TEMPO.CO, Mataram - Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mengatakan rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan bakal mendorong pemerataan investor. Sebab, selama ini sebagian besar investor pasar modal berada di wilayah Pulau Jawa.

"Mudah-mudahan kalau nanti pemerintah pindah ibu kota ke Kalimantan berarti akan ada titik pertumbuhan ekonomi baru dan penyebaran ke orang-orang kaya baru, ini bisa lebih merata investornya," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Jumat 25 Oktober 2019.

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia per 23 Oktober 2019, jumlah investor berdasarkan wilayah masih dikuasai oleh Pulau Jawa dengan rasio mencapai 72,20 persen. Disusul kemudian Pulau Sumatera sebesar 15,01 persen dan Pulau Kalimantan dengan 4,90 persen serta sisanya tersebar di Indonesia bagian timur.

Dari total rasio persentase sebesar 72,20 persen tersebut, Pulau Jawa menggenggam total aset Rp 2.385 triliun, setara dengan 95,55 persen dari total aset nasional. Kemudian yang kedua dipegang Sumatera dengan total aset senilai Rp 32,89 triliun. Sisanya tersebar di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Indonesia bagian timur.

Menurut Hoesen, kondisi tersebut menunjukkan bahwa saat ini belum terjadi adanya pemerataan kekayaan. Karena itu, saat ini OJK terus menggenjot pembentukan perusahaan efek di daerah- daerah untuk meningkatkan jumlah investor.

Hoesen juga berharap pembangunan di titik-titik ekonomi baru di berbagai daerah lewat pembangunan infrastruktur selama lima tahun terakhir bisa ikut mendorong pemerataan. Dengan adanya pembangunan itu, diharapkan muncul pusat perekonomian baru sehingga memunculkan adanya potensi investor baru.

"Harapan saya sampai 2022 itu komposisinya 72 persen yang ada di Pulau Jawa turun, menjadi berkisar 60-65 persen, sisanya berada di luar Pulau Jawa," kata Hoesen.

Merujuk data OJK sampai dengan 11 Oktober 2019, total investor saham (SID) telah mencapai angka 1,04 juta. Sedangkan investor reksa dana jumlahnya mencapai 1,53 juta dan investor di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai angka 291.931 investor.

Menurut catatan OJK, jumlah investor saham telah meningkat hampir 2 kali lipat atau 194 persen sejak 2014. Sedangkan investor reksa dana meningkat 345 persen sejak 2014. Adapun investor juga meningkat hampir tiga kali lipat atau 276 persen sejak 2014.

DIAS PRASONGKO

Berita terkait

YLKI Kirim Surat ke Satgas Pasti, Minta Pemberantasan Pinjol Sampai ke Akarnya

1 hari lalu

YLKI Kirim Surat ke Satgas Pasti, Minta Pemberantasan Pinjol Sampai ke Akarnya

Kabid Pengaduan YLKI Rio Priambodo mengungkapkan, lembaganya telah mengirim surat kepada Satgas Pasti terkait aduan konsumen Pinjol ilegal.

Baca Selengkapnya

Pengamat Nilai Polisi Berantas Judi Online Tak Sentuh Bandar Level Atas

2 hari lalu

Pengamat Nilai Polisi Berantas Judi Online Tak Sentuh Bandar Level Atas

Pengamat kepolisian mengatakan problem pemberantasan judi online beberapa waktu lalu marak penangkapan tapi tak sentuh akar masalah.

Baca Selengkapnya

Konflik Nurul Ghufron dengan Anggota Dewas Albertina Ho, KPK: Tidak Ada Berantem

2 hari lalu

Konflik Nurul Ghufron dengan Anggota Dewas Albertina Ho, KPK: Tidak Ada Berantem

Juru bicara KPK Ali Fikri mengatakan laporan Nurul Ghufron tersebut murni pribadi.

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

2 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

3 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

4 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

5 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

5 hari lalu

Hari Kartini, OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi Keuangan Perempuan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen meningkatkan edukasi literasi keuangan untuk perempuan.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

5 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya