Antisipasi Resesi, Indef: Diversifikasi Ekspor Kian Mendesak

Senin, 7 Oktober 2019 12:51 WIB

Warga menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran di Caracas, Venezuela, 19 April 2017. Venezuela dilanda krisis ekonomi yang membuat angka inflasi terus meningkat dan membuat warga kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho mendorong pemerintah melakukan diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor untuk mengantisipasi resesi ekonomi. "Resesi akan terjadi besar kemungkinan di dua negara yang terlibat perang dagang," katanya di Jakarta, Senin, 7 Oktober 2019.

Kedua negara yang mungkin mengalami resesi itu adalah Amerika Serikat dan Cina yang merupakan mitra dagang besar Indonesia. Oleh karena itu, komoditas perkebunan dan tambang dari Indonesia perlu diekspor ke negara-negara nontradisional seperti Afrika dan Amerika Latin.

Sementara itu, produk yang diekspor perlu mulai beralih ke komoditas non-Sumber Daya Alam (SDA). Kalaupun masih mengandalkan SDA, investasi di industri pengolahan atau hilirisasi perlu ditingkatkan.

Andry menjelaskan, Cina banyak mengimpor komoditas perkebunan dan tambang yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. "Indonesia akan mengalami perlambatan perekonomian juga akibat adanya ini (resesi)," katanya. Berbeda dengan Cina, Amerika Serikat kebanyakan mengimpor kebanyakan produk tekstil Indonesia.

Untuk itu, Andry mengingatkan Indonesia perlu berbenah dengan industri tekstilnya jika ingin mengambil momentum, karena di saat yang bersamaan tekstil dari Cina akan dikenakan bea impor tinggi oleh Amerika Serikat. "Tentu itu semua harus didukung dengan kondisi makro ekonomi perlu dijaga agar tetap stabil."

Advertising
Advertising

Lebih jauh Andry menjelaskan, diversifikasi produk dan negara tujuan ekspor perlu ditingkatkan karena resesi diperkirakan berasal dari sektor riil yang mempengaruhi perdagangan. Tapi Indonesia dinilai tidak perlu khawatir karena kontribusi sektor perdagangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia termasuk rendah di Asia Tenggara. "Mungkin ini di satu sisi sangat buruk, tapi juga menyelamatkan kita dari beberapa krisis, salah satunya krisis 2008," katanya.

<!--more-->

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia Januari-Agustus 2019 secara kumulatif mencapai US$ 110,07 miliar atau menurun 8,28 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Dari angka itu, nilai ekspor nonmigas paling besar mencapai US$ 101.480 miliar.

Selama Januari-Agustus 2019, Cina menjadi negara tujuan utama ekspor RI dengan nilai mencapai US$ 15.947,9 juta atau 15,71 persen. Posisi kedua diikuti Amerika Serikat dengan nilai US$ 11.513,5 juta atau 11,35 persen dan Jepang dengan US$ 9.091,5 juta (8,96 persen). Adapun komoditas utama yang diekspor ke Cina pada periode tersebut adalah batubara, lignit, dan minyak kelapa sawit

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sebelumnya mengatakan ada tiga kebijakan yang dibutuhkan agar Indonesia bisa terhindar dari ancaman resesi yang diprediksi oleh Bank Dunia. Ketiganya yaitu meningkatkan ekspor, mengendalikan impor, dan menggenjot investasi.

“Indonesia akan survive (bertahan) kalau ekspor dan investasi ada, lalu 265 juta masyarakat Indonesia tidak jadi pasar semata dan dibanjiri produk luar,” kata Enggar saat menghadiri acara peluncuran program “From Local Go Global” di Mall Sarinah, Jakarta Pusat, Ahad, 6 Oktober 2019.

Untuk menggenjot investasi, Enggar dan sejumlah menteri telah berkomitmen memangkas sejumlah perizinan yang dianggap menghambat masuknya arus modal. Sementara untuk meningkatkan ekspor, salah satu upaya dilakukan lewat program “From Local Go Global” ini.

ANTARA

Berita terkait

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

1 hari lalu

Amnesty International Temukan Pasokan Teknologi Pengawasan dan Spyware Masif ke Indonesia

Amnesty International menyiarkan temuan adanya jaringan ekspor spyware dan pengawasan ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

2 hari lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

2 hari lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

7 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

11 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

11 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

11 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

11 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

11 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya