September Deflasi 0,27 Persen, Darmin Nasution: Bagus

Reporter

Caesar Akbar

Editor

Rahma Tri

Rabu, 2 Oktober 2019 11:05 WIB

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menjadi pembicara dalam acara Dies Natalis ke-11 Program Vokasi Universitas Indonesia, Depok, Senin, 22 Juli 2019. TEMPO/Irsyan Hasyim

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menilai deflasi 0,27 persen yang terjadi pada September 2019 cukup bagus. "Bagus, karena sebenarnya untuk pangan masih agak tinggi. Sehingga, ini kan deflasinya terutama pangan," ujar Darmin di kantornya, Selasa malam, 1 Oktober 2019.

Walau demikian, Darmin Nasution mengatakan, tren pada bulan September memang inflasi kerap kali rendah bahkan deflasi. "Tahun lalu juga deflasi," ujarnya.

Karena itu, Darmin optimistis tingkat inflasi selama setahun akan berada pada target pemerintah, yaitu di kisaran 3,5 persen.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat bahwa sepanjang bulan September 2019 terjadi deflasi sebesar 0,27 persen. Hal ini terjadi karena berbagai harga komoditas pada September 2019 yang secara umum menunjukkan penurunan.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dengan kondisi deflasi tersebut maka inflasi tahun kalender atau dari Januari sampai September 2019 mencapai 2,20 persen. Sementara year on year atau inflasi tahunan dibandingkan 2018 menjadi 3,39 persen.

Advertising
Advertising

"Melihat inflasi tahun kalender masih di bawah target, atau terkendali. Karena itu deflasi terjadi karena penurunan harga barang-barang bergejolak, tidak ada penurunan daya beli," kata Suhariyanto saat mengelar konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa 1 Oktober 2019.

Suhariyanto menjelaskan deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks kelompok bahan makanan sebesar 1,97 persen. Sedangkan, komponen komoditas dominan yang ikut andil dalam deflasi adalah cabai merah yang sumbang deflasi 0,19 persen, bawang merah 0,07.

Kemudian ada daging ayam ras yang menyumbang 0,05 persen, cabai rawit 0,03 persen dan telor ayam ras sebesar 0,02 persen. Karena itu, kata Suhariyanto, boleh disimpulkan bahwa sebagian besar harga komoditas menunjukkan adanya penurunan.

Suhariyanto menuturkan, harga kelompok pengeluaran yang menghambat deflasi adalah kenaikan harga sandang, seperti harga emas perhiasan. Selain itu, penghambat deflasi juga karena masih terjadinya inflasi untuk komponen uang kuliah.

"Penyebab utama deflasi adalah turunnya harga cabai, daging dan telor ayam ras, yang hambat deflasi adalah kenaikan harga emas perhiasan dan uang kuliah," kata Suhariyanto.

CAESAR AKBAR | DIAS PRASONGKO

Berita terkait

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

4 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

6 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

6 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

8 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

8 hari lalu

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyiapkan strategi untuk menjaga nilai tukar rupiah di tengah konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

11 hari lalu

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

12 hari lalu

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

BI memprediksi kinerja penjualan eceran bulan Maret 2024 tetap tumbuh. Indeks Penjualan Riil Maret 2024 tercatat sebesar 222,8 atau tumbuh 3,5 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

13 hari lalu

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

Rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.176 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

14 hari lalu

Airlangga Siapkan Antisipasi Imbas Tekanan Serangan Iran ke Israel Terhadap Perekonomian RI

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menanggapi soal imbas serangan Iran ke Palestina terhadap perekonomian Indonesia.

Baca Selengkapnya