Butuh Tenaga Kerja, Jepang Bantu Kembangkan SDM Indonesia

Reporter

Friski Riana

Editor

Rahma Tri

Senin, 9 September 2019 14:42 WIB

Gubernur Perfektur Aichi, Jepang, Hideaki Ohmura, usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, 9 September 2019. Tempo/Friski Riana

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Perfektur Aichi Jepang, Hideaki Ohmura menyatakan minatnya untuk terlibat dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Sebab, Aichi sendiri saat ini sedang membutuhkan tenaga kerja dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Karena itu, Jepang menyambut baik masuknya pengembangan SDM sebagai salah satu program utama pemerintah Indonesia. "Kami sangat berminat untuk ikut terlibat dalam melakukan pendidikan atau pelatihan vokasi. Jadi baik tingkat pemerintah pusat atau pemda Aichi bersama dengan pihak swasta ikut berpartisipasi," kata Hideaki usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Senin, 9 September 2019.

Hideaki mengatakan, selama ini perusahaan dari Aichi, seperti Toyota dan Toyota Group Company sudah melakukan pengembangan SDM di Indonesia. Namun, Aichi sendiri saat ini membutuhkan banyak tenaga kerja. Karena itu, ia pun menawarkan agar anak magang di Indonesia yang sudah mendapat pembekalan dapat bekerja di Jepang.

Menurut Hideaki, pemerintah Indonesia akan membentuk pusat-pusat bahasa Jepang untuk membekali WNI yang ingin bekerja di Jepang. "Bapak Wapres sangat setuju hal itu," katanya.

Adapun potensi tenaga kerja yang dibutuhkan, kata Hideaki, cukup banyak mengingat baru ada 7 ribu WNI di Aichi. Sedangkan warga Filipina yang kerja di Aichi ada 35 ribu orang, dan 30 ribu orang Vietnam. Untuk bidang pekerjaannya, JK meminta kepada Hideaki agar disediakan untuk profesi di bidang industri makanan selain otomotif.

Sebelum ini, Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dakiri mengatakan dalam waktu lima tahun ke depan, Jepang membutuhkan 350 ribu pekerja dari 14 sektor. Karena populasi di sana sangat minim, maka Jepang pun semakin membuka diri untuk penempatan tenaga kerja asing.

"Penandatanganan kerja sama ini untuk penempatan tenaga kerja skilled. Lima tahun mendatang Jepang membutuhkan sekitar 350 ribuan tenaga kerja skilled di 14 sektor. Itu kita akan berpartisipasi melalui kerja sama ini agar dimanfaatkan warga kita, untuk bisa mendapatkan pengalaman kerja di Jepang," kata Hanif di kantor Kementerian Tenaga Kerja, Selasa 25 Juni 2019.

Menurut Hanif, selama ini Jepang relatif tertutup untuk tenaga kerja asing. Namun, sekarang karena masalah populasi di sana, mereka pun membuka diri untuk penempatan pekerja migran.

Hanif mengatakan, secara prinsip Jepang saat ini mengalami aging population atau penuaan populasi. Sebaliknya di sisi lain, Indonesia mengalami bonus demografi. Jadi kerja sama ini sangat menguntungkan kedua negara dan memberi manfaat kedua belah pihak. "Nanti lima tahun ke depan mudah-mudahan kita bisa mengambil setidaknya 20 persen kebutuhan tenaga kerja mereka," ujar dia.

Advertising
Advertising

FRISKI RIANA | EKO WAHYUDI

Berita terkait

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

8 jam lalu

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU)

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

18 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

21 jam lalu

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

Mulai dari lokasi pembangunannya di pulau buatan sampai ancaman tenggelam, simak informasi menarik tentang Bandara Internasional Kansai Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

22 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

23 jam lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

1 hari lalu

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

Timnas U-23 Jepang keluar sebagai juara Piala Asia U-23 2024 setelah mengalahkan Uzbekistan pada partai final. Rekor sempurna Uzbekistan runtuh.

Baca Selengkapnya

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

1 hari lalu

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

Kento Momota ingin membuat lebih banyak orang mencintai bulu tangkis lebih dari dia mencitainya usai resmi pensiun.

Baca Selengkapnya

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

1 hari lalu

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad. Bagaimana perjalanan kedua tim?

Baca Selengkapnya

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

2 hari lalu

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad pada Jumat, 3 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

2 hari lalu

Top 3 Dunia: Arab Saudi Terbitkan Aturan Baru Haji 2024 dan Jepang Kucurkan Bantuan untuk Papua

Top 3 dunia pada 2 Mei 2024, di antaranya pelapor yang menuduh Boeing telah mengabaikan cacat produksi 737 MAX, meninggal.

Baca Selengkapnya