Pasca Rusuh Jayapura, Operasional BPS Papua Belum Pulih

Reporter

Eko Wahyudi

Editor

Rahma Tri

Senin, 2 September 2019 15:41 WIB

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto serta Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti di kantor BPS Indonesia, Pasar Baru, Jakarta, 15 Maret 2018. TEMPO/Lani Diana

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan bahwa kantor BPS Papua belum bisa menggelar paparan inflasi Agustus 2019 maupun melakukan telekonferensi di tingkat nasional bersama kantor BPS Pusat hari ini. Sebab, aktivitas di Papua yang masih belum kembali normal akibat kerusuhan yang telah berlangsung selama beberapa hari di Jayapura.

"Saya memang bilang ke teman-teman untuk tetap waspada untuk tinggal di rumah," ujar Suhariyanto di kantornya, Senin, 2 September 2019.

Suhariyanto mengungkapkan, kondisi kantor BPS Papua masih cenderung aman dan terkendali. Hanya ada beberapa kaca mobil yang pecah akibat kerusuhan di Jayapura. Menurutnya, hal ini bertolak belakang dengan keadaan kantor Komisi Pemilihan Umum perwakilan Papua yang berada tepat di sebelah di Kantor BPS Papua.

"Kantor BPS Papua aman, tapi KPU habis. Kerusakan ada beberapa kaca jendela pecah dan beberapa kaca mobil pecah," ungkap Suhariyanto

Namun, kendati BPS Papua tidak dapat mengikuti telekonferensi nasional, Suhariyanto menuturkan bahwa semua data statistik telah dilaporkan kepada BPS pusat. Menurutnya, angka inflasi di Papua diukur melalui dua kota yakni, Jayapura dan Maumere.

Advertising
Advertising

Di Jayapura, tingkat harga pada Agustus 2019 mengalami deflasi sebesar 0,14 persen. Pemicunya adalah penurunan harga bahan makanan dan tarif angkutan udara. "Di Merauke, juga terjadi deflasi penyebabnya adalah penurunan harga bahan makanan dan juga makanan jadi," Suhariyanto menambahkan.

Melihat kondisi Jayapura dan Papua secara luas ini, Suhariyanto berharap masyarakat menjaga sikap toleransi dan menghargai keberagaman. Dengan demikian, kejadian serupa tidak terjadi lagi. "Kita harapkan mengahargai tolensi dan menghargai keberagaman," tuturnya.

EKO WAHYUDI

Berita terkait

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

9 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

12 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

14 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

18 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

6 hari lalu

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

8 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

9 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya