Sri Mulyani Paparkan Realisasi APBN, Utang RI Tembus Rp 4.603 T

Senin, 26 Agustus 2019 17:50 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2019. Rapat kerja tersebut membahas pengesahan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU Bea Materai dan BPJS Kesehatan. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN edisi Agustus 2019. Ia memaparkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tercatat di atas 5 persen di tengah pelemahan ekonomi global.
Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi salah satunya ditopang belanja negara sampai akhir Juli yang telah mencapai 50,2 persen. “Realisasi belanja negara Rp 1.236 triliun meningkat 7,93 year on year,” ujarnya di kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Senin, 26 Agustus 2019.
Selain realisasi belanja, Kementerian Keuangan turut mencatat utang pemerintah pusat pada Juli 2019. Total utang saat ini mencapai Rp 4.603,62 triliun dengan asumsi pendapatan produk domestik bruto per kapita Rp 15.599,01. Jumlah utang tersebut naik sebesar Rp 346,28 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada 2018, utang pemerintah hanya sebesar Rp 4.257,34 triliun. Adapun total utang yang tercatat sampai akhir Juli ini berasal dari pinjaman dan surat berharga. Berdasarkan buku kinerja dan fakta APBN semester I 2019, utang yang berasal dari pinjaman tercatat sebesar Rp 782,72 triliun.
Komponen pinjaman itu terdiri atas pinjaman luar negeri dan dalam negeri. Kementerian Keuangan merinci, semuber pinjaman luar negeri berasal dari perjanjian bilateral, multilateral, komersial, dan suppliers. Jumlah pinjaman dari luar negeri mencapai Rp 775,30 triliun.
Kementerian Keuangan menyebutkan, pinjaman dalam negeri tercatat sebesar Rp 7,42 triliun. Sementara itu, pinjaman dari surat berharga memiliki porsi paling banyak, yakni mencapai Rp 3.820,90 triliun. Sumber utang surat berharga berasal dari denominasi rupiah yang terdiri atas surat utang negara dan surat berharga syariah yang mencapai Rp 2.788,30 triliun. Selain itu, utang berasal dari donominasi valas sebesar Rp 1.032,6 triliun.
Saat ini, pemerintah tengah melakukan pendalaman pasar domestik untuk mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman bervaluta asing. Pinjaman itu diwujudkan dalam penyebaran surat utang atau SBN seri ritel. Terakhir, pemerintah menerbitkan SBR seri 007.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Berita terkait

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

23 jam lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

1 hari lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

1 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

2 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

2 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

2 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

2 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya