Kisah Perry Warjiyo, dari Anak Petani Jadi Gubernur BI

Reporter

Caesar Akbar

Editor

Rahma Tri

Senin, 26 Agustus 2019 14:56 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di gedung BI, Jakarta, Kamis, 18 Juli 2019. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menceritakan kisah perjalanan hidupnya hingga menduduki posisi penting sebagai orang nomor satu di Bank Indonesia. Ia berujar, pada mulanya dirinya hanya seorang anak petani di desa, sebagai anak keenam dari sembilan bersaudara.

"Perry anak desa, anak petani dari Gawok, Kartasura, 15 kilometer dari Solo. Saya mendoakan almarhum-almarhumah orang tua saya insyaaAllah husnul khotimah, inilah anaknya yang dididik," ujar dia saat berbincang dengan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani dalam acara Kadin Talks di Menara Kadin, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019.

Kata Perry, ayahnya dulu berprofesi sebagai petani. Sejak kecil hingga dia menjejak tingkat sekolah dasar, ayahnya bergelut sebagai petani tembakau yang cukup sukses. Namun menjelang kelulusannya, ayahnya bangkrut. "Lalu beliau menjadi petani saja, sambil menjadi pamong desa, bayan dengan wilayah dua desa."

Meski dilahirkan sebagai anak petani, Perry mengatakan orang tuanya selalu berpesan bahwa dengan sembilan anak dan tanah yang tidak bertambah, tidak mungkin anaknya bisa sukses bila hanya menjadi petani. Sehingga, orang tuanya berkomitmen siap membiayai Perry dan saudaranya untuk terus bersekolah. "Jadi dipesankan agar mewarisi ilmu karena dengan ilmu itu akan terus bertambah," tuturnya.

Walau sudah ada pesan demikian, Perry mengatakan perjalanannya bersekolah dan berkuliah tidak semulus itu. Ia mengaku hampir tak bisa berkuliah karena orang tuanya tidak punya uang. Akhirnya, demi menguliahkan Perry, ibunya mencoba pinjam dari satu desa dan meraup Rp 35 ribu untuk dia berkuliah.

Duit Rp 35 ribu itu dipergunakan untuk keperluan Perry mendaftar kuliah. Sebesar Rp 25 ribu untuk membeli formulir pendaftaran, sementara Rp 10 ribu untuk biaya transportasi dari Solo ke Yogyakarta.

Mulanya, Perry Warjiyo muda hendak mendaftar jurusan kedokteran, namun uangnya itu tidak cukup. Sehingga akhirnya ia pun mendaftar jurusan Ekonomi.

Setelah mendaftar, Perry mengatakan tantangan kembali datang. Ia mesti mencari uang untuk mengantarkannya lulus menjadi sarjana. "Meski jadi kenek atau apapun dilakukan untuk lulus S1," tutur dia.

Selepas lulus S1, ia masuk ke Bank Indonesia dan dibiayai untuk kuliah pada1986. Ia meraih gelar master pada 1989 dan meraih Ph.D pada 1991. "Jadi 4,5 tahun S2-S3, karena ilmu, ilmu, ilmu, ilmu, dan ilmu," tutur Gubernur BI. "Terima kasih kepada almarhum dan almarhumah orang tua yang mendidik saya, ilmu setinggi apapun akan saya cari," kata Perry Warjiyo.

CAESAR AKBAR

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

6 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

20 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

4 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya