Bayar Klaim Penyakit Jantung, BPJS Kesehatan Gelontorkan Rp 9,3 T

Reporter

Eko Wahyudi

Editor

Rahma Tri

Minggu, 25 Agustus 2019 14:15 WIB

Aktivitas pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) di kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Senin, 25 Februari 2019. BPJS Kesehatan meluncurkan data sampel yang mewakili seluruh data kepesertaan dan jaminan pelayanan kesehatan. Data ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai dasar penyusunan kebijakan Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan mencatat, selama tahun 2018 telah menghabiskan Rp 79,2 triliun untuk membayar klaim atas 84 juta kasus penyakit warga negara Indonesia. Pembayaran terbesar diberikan untuk klaim kasus penyakit jantung, yakni sebesar Rp 9,3 triliun.

Aktuaris BPJS Kesehatan Ocke Kurniandi menjelaskan, penyakit katastropik atau penyakit perlu perawatan khusus dan berbiaya tinggi adalah yang paling banyak membebani anggaran dari BPJS Kesehatan. Sebagai informasi pada tingkat rumah tangga, penyakit yang teridentifikasi sebagai penyakit katastropik antara lain, cirrhosis hepatis, gagal ginjal, penyakit jantung, kanker, stroke, serta penyakit darah (thallasemia dan leukemia).

Untuk penyakit katastropik ini, BPJS Kesehatan telah mencairkan dana senilai Rp 18 triliun atau 22 persen dari total dana pelayanan yang digunakan tahun 2018 lalu. "Biaya terbesar yang ditanggung seperti kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan penyakit aliran darah lainnya," kata dia kepada Tempo, Sabtu 24 Agustus 2019.

Pembayaran terbesar adalah untuk penyakit jantung yang sebesar Rp 9,3 triliun. BPJS Kesehatan mencatat penyakit kanker pada posisi kedua dalam jumlah pembayaran santunan, yaitu senilai Rp 2,9 triliun. Adapun di posisi berikutnya adalah pembayaran untuk penyakit stroke, di mana telah dicairkan santunan sebesar Rp 2,2 triliun. Lalu gagal ginjal di peringkat selanjutnya dengan santunan yang digelontorkan untuk pengobatan sebesar Rp 2,1 triliun. Adapun penyakit darah seperti talasemia telah menelan dana senilai Rp 430 miliar.

Ocke menuturkan ada hal yang menarik dari kedua penyakit tersebut. Pertama, penderita stroke lebih banyak dialami peserta di Sumatera. Kedua, untuk penyakit
gagal jantung lebih banyak dialami di Jawa. "Saya belum bisa jelaskan fenomena ini, apakah disebabkan makanan atau hal lainnya," ujarnya.

Ia menyebut bahwa kebanyakan penyebab penyakit di atas disebabkan oleh banyaknya konsumsi gula. Karena itu, Ocke menyarankan pemerintah untuk memberikan pajak kepada makanan yang terlalu manis dan tidak sehat. Kemudian, pajak tersebut digunakan sebagai anggaran pengobatan masyarakat yang sakit karena makanan tersebut.

"Agar makanan yang sehat jadi lebih murah dan yang tidak sehat menjadi mahal. Agar bisa mensubsisdi yang sakit dan tidak bergantung pada APBN," ujar Ocke.

Selain untuk pembayaran klaim penyakit, anggaran BPJS Kesehatan sebagian besar juga digunakan untuk membiayai persalinan. Menurut Ocke, angka kelahiran Indonesia cukup tinggi. "Besarnya saya lupa angkanya, kalau persalinan jumlah penduduk kan tergantung fasilitas maksudnya tingkat kelahiran," tuturnya.

EKO WAHYUDI

Berita terkait

Ketahui Apa Itu Mitokondria dan Gangguan Metabolik

6 jam lalu

Ketahui Apa Itu Mitokondria dan Gangguan Metabolik

Contoh gangguan mitokondria termasuk penyakit mitokondria, gangguan neurodegeneratif, dan gangguan metabolik.

Baca Selengkapnya

Olahraga-olahraga Kardio Ini Bisa Dilakukan di Rumah

4 hari lalu

Olahraga-olahraga Kardio Ini Bisa Dilakukan di Rumah

Saat dilakukan secara teratur, olahraga kardio dapat meningkatkan daya tahan tubuh secara keseluruhan, membakar lemak dan lainnya.

Baca Selengkapnya

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

4 hari lalu

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

Vitamin D memiliki peran dalam menjaga pertumbuhan otot dan tulang yang optimal dengan absorbsi kalsium di saluran cerna.

Baca Selengkapnya

Program JKN Bisa Layani Pengobatan dengan KTP

5 hari lalu

Program JKN Bisa Layani Pengobatan dengan KTP

Salah satu kemudahan yang diberikan saat ini adalah peserta JKN aktif dapat berobat hanya dengan menunjukan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang tertera di Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Baca Selengkapnya

Aplikasi Mobile JKN Mudahkan Masyarakat Jalani Pengobatan

5 hari lalu

Aplikasi Mobile JKN Mudahkan Masyarakat Jalani Pengobatan

Kehadiran aplikasi Mobile JKN kemudahan layanan kesehatan bagi peserta JKN

Baca Selengkapnya

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

9 hari lalu

12 Tips Bantu Cegah Kolesterol dan Gula Darah Tinggi

Berikut 12 tips yang bantu mencegah kolesterol dan gula darah naik, termasuk pola makan dan kelola stres.

Baca Selengkapnya

Pola Tidur Baik Bantu Kurangi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

10 hari lalu

Pola Tidur Baik Bantu Kurangi Risiko Penyakit Jantung dan Stroke

Pola tidur yang sehat dapat membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

14 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

17 hari lalu

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

Dokter meluruskan beberapa mitos seputar paru-paru basah, termasuk yang mengaitkan kebiasaan tidur di lantai dan kipas angin menghadap badan.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

17 hari lalu

Pengamat Sebut Indonesia Terancam Twin Deficit, Apa Itu?

Indonesia berisiko menghadapi kondisi 'twin deficit' seiring dengan menurunnya surplus neraca perdagangan.

Baca Selengkapnya