Suku Bunga Acuan Jadi 5,5 Persen, BI: Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Reporter

Dias Prasongko

Editor

Rahma Tri

Jumat, 23 Agustus 2019 05:28 WIB

Pekerja tengah menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu, 9 Januari 2019. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global bakal melambat menjadi 2,9 persen pada tahun 2019. Angka itu turun dibandingkan dari pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 3 persen pada 2018. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, penurunan tingkat suku bunga tersebut dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

"Ini adalah sebagai langkah preemtive terhadap dampak dari pelambatan ekonomi dunia dan sekaligus sebagai sinergi kami dengan pemerintah untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," kata Perry saat mengelar konferensi pers di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis 22 Agustus 2019.

Perry menjelaskan, kebijakan penurunan suku bunga juga konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi yang berada di bawah titik tengah sasaran 3,5 persen. Selain itu, keputusan tersebut diambil di tengah kondisi imbal hasil investasi aset keuangan domestik yang masih menarik sehingga mendukung stabilitas eksternal.

Penurunan tingkat suku bunga kali ini membuat BI tercatat telah menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebanyak dua kali tahun ini. Penurunan pertama diputuskan pada 18 Juli 2019 sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen. Sedangkan sepanjang 2018 kemarin, BI telah menaikkan tingkat suku bunga sebesar 175 bps menjadi 6 persen.

Perry menjelaskan penurunan tingkat suku bunga tersebut dipilih karena BI memandang bahwa sumber pertumbuhan ekonomi domestik bersumber dari permintaan domestik, konsumsi dan juga investasi. Menurut catatan BI, pertumbuhan investasi pada triwulan II 2019 mencapai angka 5 persen.

Advertising
Advertising

Selanjutnya, investasi di sektor bangunan menembus angka 5,46 persen dan non bangunan tumbuh 3,7 persen. Kondisi tersebut, perlu dilihat bahwa permintaan domestik masih bisa untuk didorong sehingga bisa menjaga tingkat konsumsi. Langkah itu juga akan diikuti dengan mendorong investasi baik bangunan maupun non bangunan.

"Dengan penurunan ini kami harapkan bisa mendorong permintaan pembiayaan baik dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga. Dengan suku bunga yang turun juga bisa membuat biaya investasi korporasi lebih rendah sehingga meningkatkan permintaan investasi," kata Perry.

Harapannya, kata Perry, setelah penurunan suku bunga, akan terjadi peningkatan permintaan investasi yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Baik dari sisi investasi maupun permintaan untuk pembiayaan. Dalam hal ini, baik pembiayaan dari perbankan maupun non perbankan seperti pasar modal maupun dari luar negeri.

DIAS PRASONGKO

Berita terkait

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

12 menit lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

9 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

9 jam lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

11 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

14 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

16 jam lalu

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan groundbreaking keenam di IKN dilakukan akhir Mei atau awal Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

18 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

21 jam lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

1 hari lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya