Pasca Gempa Lombok, Pertumbuhan Sektor Pertanian Lombok Anjlok

Senin, 15 Juli 2019 22:09 WIB

Lahan pertanian bertingkat di Tetebatu, Lombok, NTB.

TEMPO.CO, Mataram - Selama triwulan I - 2019, pasca gempa Lombok pada tahun lalu, pertumbuhan lapangan usaha pertanian di Nusa Tenggara Barat (NTB) anjlok. Jika sebelum gempa pertumbuhan sektor pertanian mampu mencapai 5 persen, kini tinggal 0,07 persen.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) NTB mendorong Pemerintah Provinsi NTB mewujudkan hilirisasi industri pertanian untuk meningkatkan nilai tambahnya. Apalagi, sebenarnya sektor pertanian di NTB cukup dominan dengan kontribusi pada produk domestik regional brutto (PDRB) sebesar 23,41 persen.

Adapun sektor perdagangan tumbuh 5,89 persen, dan konstruksi 8,14 persen. Sedangkan sektor pertambangan tumbuh minus 0,65 persen dan transportasi juga minus 2,71 persen.

Kepala KPw BI NTB Achris Sarwani menjelaskan kondisi terakhir perekonomian NTB setelah hampir setahun terjadinya bencana gempa pada Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat Semester I - 2019, Senin 15 Juli 2019 sore. Ia mengatakan perlu adanya industri pengolahan sehingga ada nilai tambah dari produksinya. ''Agar bisa memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di NTB,'' katanya.

Sekretaris Daerah NTB Iswandi mengatakan mengikhtiarkan adanya kebersamaan antar kota dan kabupaten mewujudkan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambahnya. ''Agar bisa menjadi skala usaha yang besar membuka lapangan kerja,'' ujarnya di Mataram, Senin 15 Juli 2019.

Advertising
Advertising

Secara terpisah, Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik Provinsi NTB Arrief Chandra Setiawan mengemukakan peranan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). ''Ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan,'' ucapnya.

Pada Maret 2019, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 74,17 persen untuk perkotaan dan 74,91 persen untuk perdesaan.

Pada periode yang sama, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat sebesar 384,65 ribu orang atau 15,74 persen, sedangkan penduduk miskin di daerah perdesaan sebesar 351,31 ribu orang atau 13,45 persen.

Adapun periode September 2018 - Maret 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan dari dari 2,380 pada September 2018 menjadi 2,327 pada Maret 2019. Ini mengindikasikan bahwa pasca gempa Lombok, rata-rata pengeluaran penduduk miskin di NTB cenderung mendekati Garis Kemiskinan.

SUPRIYANTHO KHAFID

Berita terkait

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

1 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

1 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

3 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

3 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

4 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

4 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

5 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

6 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

6 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

7 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya