TEMPO Interaktif, Jakarta:Di tengah lonjakan harga beras dunia, daya beli petani padi Indonesia justru menurun. Hal ini terlihat dari nilai tukar petani pada Februari 2008 yang turun 0,27 persen, yaitu dari 108,67 pada Januari menjadi 108,38 pada Februari lalu. Nilai tukar petani adalah salah satu alat untuk melihat indikator kemampuan daya beli petani. Semakin tinggi nilai tukar, semakin kuat kemampuan daya beli petani. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan, mengatakan penurunan itu akibat inflasi atau naiknya harga komoditas pangan seperti telur ayam, bawang merah, cabe, dan tomat. Inflasi diperparah dengan turunnya harga gabah di tingkat petani pada April dibandingkan dengan Maret lalu, yaitu untuk kualitas Gabah Kering Giling (GKG) turun 1,63 persen dan Gabah Kering Panen (GKP) turun 0,5 persen. "Pada periode 23-30 April lalau, yaitu setelah adanya Instruksi Presiden No. 1 tahun 2008 tentang Kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), rata-rata harga GKG dan GKP di tingkat petani malah berada di bawah HPP," kata Rusman di Jakarta Jum'at (2/5). Rata-rata harga GKG di tingkat penggilingan adalah Rp 2.400 per kilogram. Sementara jika berdasarkan HPP, harga GKG adalah seharusnya sebesar Rp 2.840 per kilogram. Demikian pula untuk harga rata-rata gabah kualitas GKP yaitu Rp 2.142 per kilogram di tingkat petani dan Rp 2.181 per kilogram di tingkat penggilingan. Sementara HPP baru untuk GKP adalah Rp 2.200 per kilogram di tingkat petani.ARTI EKAWATI
Berita terkait
Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan
1 menit lalu
Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.