Yogya Desak Sistem Informasi Pasar Terakses Cepat Bagi Petani

Rabu, 10 Juli 2019 08:05 WIB

Ilustrasi petani. REUTERS/Beawiharta

TEMPO.CO, Yogyakarta- Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai masalah utama pengembangan agribisnis bagi petani masih berkutat pada lemahnya sistem informasi pasar dan terbatasnya kemampuan petani untuk meningkatkan kegiatan usahanya.

Sultan menuturkan sistem informasi pasar menjadi hal penting bagi pelaku pasar dalam mengambil keputusan transaksi jual beli komoditi pertanian.

BACA: Aplikasi Karya Dosen ITB Bantu Petani Memprediksi Musim

"Penyampaian informasi pasar yang cepat, tepat dan akurat akan membantu petani dan pelaku agribisnis dalam memperkirakan peluang usaha, sehingga mereka mampu mengantisipasi setiap perkembangan dan peluang pasar secara dini," ujar Sultan dalam pembukaan Pekan Daerah Kelompok Tani Nelayan Andalan dan Masyarakat Petani se-DIY yang dibacakan Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X di Desa Purwobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman Selasa 9 Juli 2019.

Sultan menilai dengan membangun sistem informasi pasar komoditi pertanian maka petani dan nelayan tidak hanya mampu menyiasati dan mengikuti perkembangan pasar komoditi pertanian dunia, melainkan juga untuk menyebarluaskan potensi pengembangan. Serta mempromosikan agribisnis lewat sub terminal dan terrminal agribisnis, sekaligus untuk menarik investor khususnya dalam pengembangan agribisnis daerah.

Advertising
Advertising

Sultan menuturkan memang bukan hanya sistem informasi pasar yang membuat usaha pertanian lebih maju dan siap menghadapi dinamika pasar.

"Keberadaan sistem informasi pasar itu juga memerlukan sejumlah dukungan lanjutan,seperti pembentukan dewan pengembangan agribisnis, jaringan pasar, standarisasi produk serta pengembangan clearing house, trading house dan future trading," ujarnya.

BACA: Dapat Grasi dari Jokowi, 2 Petani Kendal Dibebaskan

Bupati Sleman Sri Purnomo menuturkan era kemajuan teknologi mendesak pula kelompok petani mengembangkan olah taninya dan tak melupakan menguatkan jejaringnya di pasar global. Menurut Sri kuat dan luasnya jejaring membuat kinerja sektor pertanian dan perikanan di Sleman masih terjaga stabil.

Untuk sektor pertanian misalnya, produksi beras dari data statistik tahun 2018 sebanyak 249,863 ton dan konsumsi masyarakat Sleman sebanyak 172.492 ton sehingga ada surplus 78.875 ton. Meskipun produksi beras itu menurun lantaran pada 2017 ada gelontoran program bantuan benih jagung dan kedelai secara gratis dari pemerintah pasca rusaknya tanaman padi karena diserang hama dan tikus. Selain itu turunnya produktivitas padi juga akibat menyempitnya luasan lahan sawah karena alih fungsinya lahan dari sawah menjadi hunian.

Baca berita tentang Petani lainnya di Tempo.co.

Berita terkait

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

4 hari lalu

Mahkamah Agung Bebaskan Dua Petani Desa Pakel Banyuwangi, Permohonan Kasasi Dikabulkan

Tim advokasi akan menunggu pemberitahuan resmi dari MA untuk mengeluarkan dua petani Desa Pakel yang permohonan kasasinya dikabulkan.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

8 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

12 hari lalu

Yogyakarta Padat saat Libur Lebaran, Jumlah Kendaraan Keluar Lebih Banyak daripada yang Masuk

Pemudik maupun wisatawan yang masuk ke Yogyakarta dengan kendaraan pribadi tak sedikit yang melewati jalur alternatif.

Baca Selengkapnya

Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

12 hari lalu

Kasus Nuthuk dan Pungli di Yogyakarta Selama Libur Lebaran Diklaim Nihil

Pemerintah Kota Yogyakarta mengantisipasi aksi nuthuk harga dengan membuka kanal aduan melalui media sosial.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

17 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Ungkap Warga Desa Pakel Kecewa dengan Pemda Banyuwangi, Polres, dan PT Bumisari

21 hari lalu

Komnas HAM Ungkap Warga Desa Pakel Kecewa dengan Pemda Banyuwangi, Polres, dan PT Bumisari

Komisoner Komnas HAM Anis Hidayah turun untuk meninjau lokasi dan situasi konflik lahan di Desa Pakel, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi.

Baca Selengkapnya

Kasus 9 Petani Penolak Bandara IKN Digunduli Polisi, Komnas HAM Minta Diselesaikan Secara Restorative Justice

22 hari lalu

Kasus 9 Petani Penolak Bandara IKN Digunduli Polisi, Komnas HAM Minta Diselesaikan Secara Restorative Justice

Komnas HAM menemui Polda Kaltim untuk membahas kasus 9 petani yang ditangkap dan digunduli karena menolak pembangunan bandara di IKN.

Baca Selengkapnya

Husni Tanggapi Masalah Pendistribusian Pupuk

26 hari lalu

Husni Tanggapi Masalah Pendistribusian Pupuk

Anggota Komisi VI DPR RI, M. Husni, merasa miris akan permasalahan pupuk subsidi, terutama persoalan pendistribusian yang berulang setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Penyesuaian HPP Gabah Bisa Rampung Sebelum Akhir Pekan

26 hari lalu

Jokowi Sebut Penyesuaian HPP Gabah Bisa Rampung Sebelum Akhir Pekan

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan saat ini kenaikan Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah petani baru dalam perencanaan dan penghitungan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

27 hari lalu

Terkini: Harga Beras dan Gabah Turun Selama Ramadan, Jokowi Gelontorkan IFG LIfe Rp 3,5 Triliun untuk Bereskan Polis Jiwasraya

BPS menyebut penurunan harga beras secara bulanan terjadi di tingkat penggilingan sebesar 0,87 persen. Namun secara tahunan, di penggiling naik.

Baca Selengkapnya