Kementerian Agraria Menata Kembali Kepemilikan Tanah di Pulau Bali

Sabtu, 29 Juni 2019 20:07 WIB

Suasana di Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali. ANTARA/Hanni Sofia

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Agraria dan Tata Ruang serta Badan Pertanahan Nasional menata kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah di Pulau Bali, atau yang biasa dikenal sebagai Konsolidasi Tanah atau Land Consolidation. Ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai target pelaksanaan Konsolidasi Tanah secara nasional pada tahun 2019 sebanyak 10.000 bidang.

BACA: Sofyan Djalil: Tanah di Gresik Tersertifikat Semua pada 2024

Konsolidasi Tanah tidak hanya dilakukan dengan mengecek tanah yang belum diidentifikasi, tapi juga mengevaluasi lokasi-lokasi lama pelaksanaan konsolidasi pada tahun yang lampau. Dari sekian banyak daerah, Bali termasuk salah satu provinsi yang dievaluasi oleh tim pemantau dari kedua institusi sejak 25 - 28 Juni 2019.

"Revitalisasi lokasi-lokasi Land Consolidation lama di Bali perlu dilakukan dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang ada sekaligus mengoptimalkan tercapainya lingkungan yang tertata,” kata Kepala Wilayah BPN Provinsi Bali, Rubi Rubijaya, dalam keterangan dari pihak Badan Pertanahan Nasional di Jakarta, Sabtu, 29 Juni 2019.

BACA: BPN Upayakan Ibu Kota Baru Dibangun di 300 Ribu Ha Tanah Negara

Advertising
Advertising

Lebih lanjut Rudi menjelaskan, upaya Konsolidasi Tanah di Bali dilakukan dengan menginventarisir semua dokumen dan warkah alias sertifikat tanah yang ada. Lalu, tim juga telah menginventarisir jenis-jenis tanah, semisal bidang-bidang tanah masyarakat, tanah untuk pembangunan berupa fasilitas umum atau fasilitas sosial, tanah usaha bersama. “Termasuk peta-peta sebelum dan sesudah konsolidasi,” kata dia.

Di Bali, salah satu lokasi yang sedang dilakukan konsolidasi adalah Ibu Kota provinsi yaitu Denpasar. Kepala Kantor Pertanahan Kota Denpasar, Sudarman Harjasaputra mengatakan saat ini pihaknya sedang menyelesaikan permasalahan lokasi konsolidasi tanah seluas 76 hektar di daerah Pura Demak. “Sudah 23 tahun masih menyisakan masalah," kata Sudarman.

Dari catatan Kementerian Agraria, konsolidasi di pulau Dewata ini sebenarnya telah dimulai dan sukses dilaksanakan sejak tahun 1982 ketika dimulai di daerah Renon, Denpasar. Konsolidasi pun berlanjut ke daerah lain seperti Kabupaten Jembrana, Kabupaten Bangli, Kabupaten Klungkung, hingga Kabupaten Buleleng.

Selama evaluasi berkala setiap tahun itu pula, tim pemantau menemukan sejumlah masalah. Di antaranya yaitu patok bidang tanah yang sudah terpasang hilang karena tanah tersebut masih dimanfaatkan untuk pertanian. Lalu ada juga beberapa pemilik tanah yang tidak mau ikut program Konsolidasi Tanah, ataupun badan jalan sudah terbentuk namun belum ditindaklanjuti dengan pengerasan maupun pengaspalan.

Berita terkait

Wisata Karang Boma Cliff: Harga Tiket, Lokasi, dan Cara Menuju Kesana

4 jam lalu

Wisata Karang Boma Cliff: Harga Tiket, Lokasi, dan Cara Menuju Kesana

Weekend ini bisa agendakan untuk melancong ke Wisata Karang Boma Cliff. Tempat ini cocok bagi para sunset seekers atau pencari matahari terbenam.

Baca Selengkapnya

Bendesa Adat Peras Pengusaha yang Mau Investasi Kejati Bali: Baru Pertama Kali Terungkap

7 jam lalu

Bendesa Adat Peras Pengusaha yang Mau Investasi Kejati Bali: Baru Pertama Kali Terungkap

Kejaksaan Tinggi Bali melakulan operasi tangkap tangan terhadap Bendesa Adat yang diduga memeras seorang pengusaha.

Baca Selengkapnya

Delegasi World Water Forum akan Diajak Wisata Melukat dan Meninjau Museum di Bali

11 jam lalu

Delegasi World Water Forum akan Diajak Wisata Melukat dan Meninjau Museum di Bali

Bali menyiapkan tiga tempat penglukatan di Bali, salah satunya Pura Tirta Empul di Tampaksiring, untuk delegasi World Water Forum.

Baca Selengkapnya

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

12 jam lalu

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

15 jam lalu

Terpopuler: Pria Sobek Tas Hermes di Depan Petugas Bea Cukai, BTN Didemo karena Uang Nasabah Hilang

Terpopuler bisnis: Pria menyobek tas Hermes di depan petugas Bea Cukai karena karena diminta bayar Rp 26 juta, BTN didemo nasabah.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

1 hari lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya

Delegasi World Water Forum Akan Ditunjukkan Ritual Cara Bali Memuliakan Air

1 hari lalu

Delegasi World Water Forum Akan Ditunjukkan Ritual Cara Bali Memuliakan Air

Pemerintah Provinsi Bali akan mengenalkan kearifan lokal Segara Kerthi dan Tumpek Uye kepada delegasi World Water Forum ke-10

Baca Selengkapnya

Kontroversi Larangan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Awal Kasusnya

1 hari lalu

Kontroversi Larangan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Awal Kasusnya

Begini awal kasus munculnya larangan terhadap warung Madura untuk buka 24 jam.

Baca Selengkapnya

Aryaduta Bali Menciptakan Pengalaman Revitalize & Rejoice untuk Kesehatan dan Kegembiraan

2 hari lalu

Aryaduta Bali Menciptakan Pengalaman Revitalize & Rejoice untuk Kesehatan dan Kegembiraan

Acara semacam ini merefleksikan komitmen Aryaduta Bali dalam mempromosikan kesehatan dan kebahagiaan di dalam komunitas.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

3 hari lalu

Jokowi Sebut Redistribusi Tanah Rampung Tahun Depan: Presiden Baru Hanya Urus Sedikit

Jokowi mengatakan selama 10 tahun dia menjabat sebagai presiden urusan konflik tanah selalu menjadi keluhan utama warga.

Baca Selengkapnya