Sri Mulyani: BI Punya Banyak Ruang untuk Pangkas Suku Bunga Acuan

Rabu, 26 Juni 2019 10:49 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) dan Gubernur BI Perry Warjiyo (kiri) mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis, 31 Mei 2018. Rapat kerja tersebut membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam RAPBN 2019. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

TEMPO.CO, London - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebut Bank Indonesia punya banyak ruang untuk memangkas suku bunga acuannya dalam beberapa bulan mendatang. Hal tersebut diperlukan karena dibutuhkan stimulus untuk memacu pertumbuhan, khususnya di tengah risiko perlambatan ekonomi global.

Baca: Defisit APBN Hingga Mei 2019 Mencapai Rp 127,5 Triliun

Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg Television di London kemarin, Sri Mulyani menyebutkan perang perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Cina telah memukul ekspor Indonesia, membatasi impornya, dan menggerus harga komoditas. “Semua itu adalah risiko penurunan yang akan dihadapi Indonesia ketika kita berbicara tentang proyeksi pertumbuhan,” katanya, Selasa, 25 Juni 2019.

Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi Indonesia bisa tumbuh antara 5,17 persen dan 5,2 persen tahun ini. Angka itu turun bila dibandingkan perkiraan pemerintah sebelumnya yang berada di kisaran 5,3 persen.

Perselisihan perdagangan yang memburuk antara AS dan Cina disebut-sebut turut membatasi prospek perekonomian. Hal itu juga memberikan tekanan pada defisit transaksi berjalan.

Advertising
Advertising

Meski begitu, menurut Sri Mulyani, pemerintah Indonesia memiliki ruang fiskal untuk mendorong pertumbuhan. Tapi pemerintah juga harus berhati-hati untuk memastikan setiap langkah konsisten dengan reformasi struktural yang diupayakannya.

“Kami menggunakan instrumen-instrumen fiskal dengan cara yang sangat fleksibel dan cekatan untuk merangsang investasi sektor swasta,” kata Sri Mulyani. "Apakah itu dalam infrastruktur atau di sektor lain yang memiliki prioritas."

Pada 2018, Bank Indonesia menjadi salah satu bank sentral yang paling agresif di Asia. Sepanjang tahun itu, BI mengerek suku bunga acuannya sebanyak enam kali dengan total 175 basis poin di tengah gejolak yang dihadapi pasar negara berkembang (emerging market) saat itu.

Meski bank sentral lain di kawasan ini, mulai dari Australia hingga India, telah mulai melonggarkan kebijakan moneternya tahun ini, BI telah mengambil pendekatan yang lebih hati-hati. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) terkini pada 19-20 Juni 2019 lalu, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya, BI 7 Day Reverse Repo Rate, sebesar 6 persen.

Sri Mulyani melihat BI memiliki banyak ruang untuk benar-benar bermanuver pada paruh kedua tahun 2019. BI juga dinilai akan menemukan waktu yang tepat untuk mengambil langkah.

Baca: Penerimaan Pajak Naik 5,7 Persen, Sri Mulyani: Strong Momentum

Lebih jauh Sri Mulyani juga menekankan bahwa kebijakan ekonomi makro tidak dapat menggantikan reformasi struktural yang diperlukan. “Pemerintah perlu menyediakan area bagi semua pihak untuk memiliki kepercayaan dan stabilitas,” katanya.

BISNIS

Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

6 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

1 hari lalu

Terkini: Pendapatan Garuda Indonesia Kuartal I 2024 Melonjak, Sri Mulyani Kembali Bicara APBN untuk Transisi Energi

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan di kuartal I 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen dibandingkan kuartal I 2023.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

1 hari lalu

Sri Mulyani Tekankan Pentingnya Kekuatan APBN untuk Efektivitas Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menekankan pentingnya kekuatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk efektivitas transisi energi.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

1 hari lalu

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

Vitamin D memiliki peran dalam menjaga pertumbuhan otot dan tulang yang optimal dengan absorbsi kalsium di saluran cerna.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

2 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

2 hari lalu

Terkini Bisnis: Ikappi Respons Isu Pembatasan Operasional Warung Madura, Tips Hindari Denda Barang Impor

Ikappi merespons ramainya isu Kementerian Koperasi dan UKM membatasi jam operasional warung kelontong atau warung madura.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

2 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya