Perang Dagang, OJK Turunkan Target Pertumbuhan Kredit Perbankan
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Martha Warta Silaban
Selasa, 18 Juni 2019 08:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menurunkan target pertumbuhan kredit perbankan menjadi 9 hingga 11 persen. "Faktornya beragam, salah satunya karena imbas perang dagang," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam rapat dengan Komisi XI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin 17 Juni 2019.
BACA: BI Optimis Rupiah Akan Menguat ke Rp 13.900 - Rp 14.300 per USD
Wimboh mengatakan, revisi target pertumbuhan kredit dilakukan juga karena melihat beberapa bank menurunkan Rencana Bisnis Bank. Adapun sebelumnya, OJK menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 10 sampai 12 persen pada 2019.
Secara nilai, pertumbuhan kredit ditargetkan menjadi Rp 538 triliun dari target sebelumnya Rp 559 triliun. Menurut dia, perkembangan perang dagang memberi dampak bagi pertumbuhan kredit.
BACA: Perang Dagang Memanas, Sharp dan LG Akan Relokasi Pabrik ke RI
Kendati begitu, dia optimistis pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai batas atas dari target yang sudah ditetapkan atau kisaran 11 persen. "Tetapi kalau lihat terakhir harusnya optimistis. Jadi kalau turun itu kena batas atasnya. Ini lebih ke eksternal, bukan karena demand-nya," ujar Wimboh.
Wimboh juga menyampaikan perkiraan pertumbuhan kredit pada 2020. Dia yakin pertumbuhan kredit pada tahun depan berada di kisaran 12 hingga 16 persen.
Dalam rapat itu, Wimboh juga mengatakan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga atau DPK turun dari target. Pertumbuhan DPK, kata dia, menjadi menjadi 7 hingga 9 persen atau senilai Rp 414 triliun.
Angka itu menunjukkan penurunan dari terget sebelumnya yang diperkirakan tumbuh 8 hingga 10 persen atau Rp 482 triliun. Menurut Wimboh, jika inflow untuk DPK lebih banyak, bank memiliki peluang meningkatkan pertumbuhan kredit. Keyakinan itu, kata dia, juga didukung oleh potensi pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih baik.
"DPK kalau nanti portofolio inflow sudah banyak otomatis kan DPK tambah banyak. Sekarang cadangan devisa masih US$ 124 miliar kan. Belum kembali seperti sebelum turun di mana dulu pernah US$ 131 miliar, itu adalah karena portofolio inflow-nya banyak," ujarnya.
Adapun dia yakin pertumbuhan DPK pada tahun depan berada di kisaran 10 hingga 13 persen.
Baca berita tentang perang dagang lainnya di Tempo.co.