BI Beri Sinyal Turunkan Suku Bunga, Bagaimana Respons Perbankan?

Selasa, 11 Juni 2019 12:30 WIB

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo ditemui usai mengikuti salat Jumat di Kompleks Bank Indonesia, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat, 19 Oktober 2018. TEMPO/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI memberikan sinyal pemangkasan kebijakan suku bunga dalam waktu dekat. Hal tersebut sejalan dengan rencana kalibrasi bauran kebijakan untuk mendorong ekonomi.

Baca: Kebijakan Moneter Lebih Akomodatif, LPS Rate Bakal Turun

Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menuturkan sebelumnya pihaknya berpendapat bahwa pemotongan suku bunga BI akan tergantung pada momentum sehingga rupiah akan tetap stabil. Namun kini kondisi lebih mendukung bagi penurunan suku bunga BI.

Kondisi yang disebut lebih mendukung penurunan bunga di antaranya adalah ketika peningkatan rating kredit Indonesia dari S&P, sinyal penurunan suku bunga AS, pelemahan dolar AS, penurunan imbal hasil surat utang AS, penurunan tajam harga minyak, dan pemotongan suku bunga yang sudah dilakukan oleh sejumlah bank sentral di Asia.

"Kami ragu jika faktor-faktor ini akan kembali terjadi pada waktu bersamaan lagi tahun ini, sehingga bulan ini (Juni) adalah waktu yang tepat bagi bank sentral untuk memotong suku bunga dari level 6 persen," ujar Satria.

Advertising
Advertising

Otoritas moneter di seluruh dunia tengah mengubah arah kebijakan sebagai respon terhadap dinamika pasar global. Sikap fleksibel ini seharusnya dapat diikuti oleh BI. Gubernur Fed Jerome Powell, bahkan tidak malu untuk meninggalkan memberi sinyal penurunan suku bunga seperti yang nanti pasar.

Menurut Satria, pernyataan Gubernur Perry terkait kalibrasi kebijakan, termasuk respons suku bunga yang tepat, merupakan langkah serupa. "Untuk BI, pemangkasan suku bunga minggu depan (19-20 Juni) juga akan lebih masuk akal karena pertemuan itu akan diadakan setelah pertemuan FOMC AS (18-19 Juni), di mana The Fed diperkirakan akan memberikan sinyal dovish yang lebih kuat," ucapnya.

Sementara itu, kata Satria, BI akan menempuh ketidakpastian yang lebih besar ke depan karena Rapat Dewan Gubernur BI berikutnya akan diadakan pada 17-18 Juli dan 21-22 Agustus dan FOMC Fed akan diadakan sebelumnya, yakni 30-31 Juli dan 17-18 September. Secara momentum, ini akan menimbulkan risiko lebih besar bagi BI jika ingin melonggarkan kebijakan moneter.

Satria menambahkan BI seharusnya tidak perlu khawatir terkait dengan tekanan di neraca perdagangan karena kondisi ini tidak menghalangi bank sentral di Asia Pasifik untuk memangkas suku bunga. Dalam dua bulan terakhir, bank sentral Australia, India, Malaysia and Filipina telah memangkas suku bunga sebagai antisipasi pelemahan ekonomi di dalam negeri.

"Penurunan suku bunga diambil meskipun negara-negara ini mengalami pelemahan ekspor yang menghantam neraca eksternalnya. Kami melihat ini adalah fenomena global," kata Satria.

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Ryan Kiryanto menuturkan risiko pemangkasan suku bunga pada bulan ini lumayan besar. "Jangan dulu, lihat inflasi Juni yang kayaknya masih cukup tinggi sebagai ekses lebaran Idul Fitri," katanya.

Ryan menyebutkan, suku bunga BI yang ditahan akan menarik arus modal masuk ke dalam negeri, di saat negara-negara lain menurunkan suku bunga acuan. Kalibrasi kebijakan BI akan lebih difokuskan kepada instrumen non suku bunga dengan mengutak-atik besaran GWM, LTV, RIM dan lain sebagainya.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan pihaknya akan terus mengkalibrasi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan juga mendorong pertumbuhan ekonomi. BI juga akan merespons lebih jauh baik dari sisi suku bunga, kecukupan dari likuiditas, relaksasi makroprudensial, akselerasi pendalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi keuangan syariah.

Baca: Suku Bunga BI Dinilai Berpotensi Turun 25 Basis Poin karena..

"Kami akan review dari waktu ke waktu dengan melihat kondisi global," kata Perry di sela-sela halal bihalal, Senin, 10 Juni 2019. BI juga akan terus memperkuat bauran kebijakan dengan terus bersinergi pemerintah dengan OJK dan LPS dengan dunia usaha, serta dunia perbankan dan sektor keuangan.

BISNIS

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

10 jam lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

10 jam lalu

Penerimaan Bea Cukai Turun 4,5 Persen

Penerimaan Bea Cukai Januari-Maret turun 4,5 persen dibanding tahun lalu.

Baca Selengkapnya

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

13 jam lalu

GAPKI Sebut Kinerja Ekspor Sawit Turun, Ini Penyebabnya

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia mengatakan kinerja ekspor sawit mengalami penurunan. Ini penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

1 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

2 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

2 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya