Arus Balik, Kemenhub Antisipasi Kereta Anjlok Kembali di Nagreg

Kamis, 6 Juni 2019 09:51 WIB

Ilustrasi kereta anjlok. TEMPO/ Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan mengantisipasi insiden kereta anjlok di lintas selatan Nagreg, Jawa Barat, saat masa arus balik Lebaran berlangsung. Beberapa jalur kereta di Nagreg memang telah ditandai sebagai kawasan zona merah yang rawan longsor dan banjir.

BACA: Antisipasi Macet Arus Balik, Menhub Minta Gerbang Tol Palimanan Dihapus

"Kami siapkan posko di Nagreg. Posko itu berjaga sejak H-10, sehingga kalau ada kereta anjlok langsung diatasi," ujar Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub saat ditemui di kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu petang, 5 Juni 2019.

Insiden kereta anjlok sebelumnya terjadi dua kali saat arus mudik. Pada 30 Mei lalu, kereta api Lodaya Tambahan jurusan Solo-Bandung anjlok di jalur lintas selatan relasi Stasiun Lebakjero dan Stasiun Nagreg di KM 193-192. Akibatnya, jalur sepanjang lebih kurang 1,3 kilometer mesti diperbaiki dengan pemasangan bantalan dan penambat baru.

BACA: Tak Ada Shalter Bus Trans Jawa, Penumpang Akan Dijemput Armada Penghubung

Selanjutnya, kereta insiden kereta anjlok kembali menimpa kereta api Serayu jurusan Purwokerto-Pasar Senen pada H-1 Lebaran, 4 Juni 2019. Kereta Serayu anjlok di KM 193+7 jalur lintas selatan Nagreg, tak jauh dari lokasi anjloknya kereta Lodaya fakultatif.

Zulfikri mengatakan pihaknya akan mengecek langsung ke lapangam pada hari ini, 6 Juni 2019. Ia memastikan perbaikan di dua titik jalur yang rusak bakal kelar sebelum puncak arus balik berlangsung.

Adapun saat ini, proses perbaikan rel masih terus dilakukan. Petugas secara paralel menyelipkan bantalan kayu untuk mengganti bantalan-bantalan yang rusak. "Kami pakai cara kerja windows time untuk mengganti bantalan pecah," ucapnya.

Windows time berarti, bila ada kereta melintas, perbaikan dihentikan. Saat tak kereta telah lewat, petugas kembali memperbaiki jalur rel. Dengan begitu, kecepatan kereta yang melaju di zona merah dibatasi sekitar 10 kilometer per jam. Adapun kecepatan normal kereta saat melaju daerah itu ialah 30-40 kilometer per jam.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya mengatakan faktor utama yang membuat kereta anjlok adalah turunnya muka tanah karena tingginya intensitas perjalanan kereta api. "Penyebabnya penurunan (muka tanah). Di daerah Garut-Tasik itu kan daerah pegunungan, volume dan kecepatan kereta tinggi itu membuat tanah bergetar dan kalau ada hujan membuat kereta anjlok," ujar Budi Karya di kantornya, 30 Mei 2019.

Budi Karya menyebut pemerintah telah mengantisipasi kejadian ini dengan perawatan infrastruktur. Sebelum masa angkutan mudik berlangsung, petugas Kementerian dan PT Kereta Api Indonesia atau KAI sudah mengecek kondisi rel.

Baca berita tentang arus balik lainnya di Tempo.co.

Advertising
Advertising

Berita terkait

MRT Bakal Perbarui Mesin Pembaca Kartu

22 jam lalu

MRT Bakal Perbarui Mesin Pembaca Kartu

PT MRT Jakarta (Perseroda) berencana memperbarui mesin pembaca kartunya dalam waktu dekat.

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

1 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

Kemenhub tetapkan Bandara Adi Soemarmo turun status dari bandara internasional menjadi bandara domestik. Ini kekhawatiran Sandiaga Uno,

Baca Selengkapnya

Kemenhub Putuskan Hanya 17 Bandara Internasional dan 17 Bandara Domestik di Indonesia, Apa Beda Keduanya?

1 hari lalu

Kemenhub Putuskan Hanya 17 Bandara Internasional dan 17 Bandara Domestik di Indonesia, Apa Beda Keduanya?

Kemenhub tetapkan 17 bandara internasional dan 17 bandara domestik di Indonesia. Kenapa?

Baca Selengkapnya

KA Lodaya Kini Gunakan Kereta Stainless Steel New Generation

1 hari lalu

KA Lodaya Kini Gunakan Kereta Stainless Steel New Generation

PT KAI Daop 2 Bandung mengoperasikan KA Lodaya relasi Bandung-Solo Balapan dengan Kereta Eksekutif dan Kereta Ekonomi Stainless Steel New Generation.

Baca Selengkapnya

18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

2 hari lalu

18 Tahun Kepergian Pramoedya Ananta Toer, Kisah dari Penjara ke Penjara

Sosok Pramoedya Ananta Toer telah berpulang 18 tahun lalu. Ini kisahnya dari penjara ke penjara.

Baca Selengkapnya

LRT Jabodebek Layani 3,8 Juta Penumpang pada Triwulan I Tahun Ini

4 hari lalu

LRT Jabodebek Layani 3,8 Juta Penumpang pada Triwulan I Tahun Ini

Light Rail Transit atau LRT Jabodebek mencatat jumlah pengguna selama Triwulan pertama 2024 mencapai 3.841.554 orang.

Baca Selengkapnya

Bandara Internasional Dipangkas, INACA: Semua Bandara Dapat Hidup, Terjadi Pemerataan Pembangunan

4 hari lalu

Bandara Internasional Dipangkas, INACA: Semua Bandara Dapat Hidup, Terjadi Pemerataan Pembangunan

Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja angkat bicara soal pengurangan jumlah bandara internasional di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional, Apa Bedanya dengan Bandara Domestik?

4 hari lalu

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional, Apa Bedanya dengan Bandara Domestik?

Keberadaan bandara internasional terkadang menjadi kebanggaan tersendiri bagi suatu wilayah.

Baca Selengkapnya

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional , InJourney Airports: Sejalan dengan Transformasi

4 hari lalu

Kemenhub Pangkas Jumlah Bandara Internasional , InJourney Airports: Sejalan dengan Transformasi

InJourney menilai penyesuaian bandara internasional ini berpengaruh positif terhadap konektivitas udara dan pariwisata Tanah Air.

Baca Selengkapnya

Bos Garuda Indonesia Respons Kebijakan Kemenhub yang Pangkas Jumlah Bandara Internasional

4 hari lalu

Bos Garuda Indonesia Respons Kebijakan Kemenhub yang Pangkas Jumlah Bandara Internasional

Maskapai Garuda Indonesia belum ada rencana menambah perjalanan internasional dari bandara yang lain.

Baca Selengkapnya