Era Disrupsi Teknologi, OJK Sebut Ada 5 Skenario Nasib Perbankan

Kamis, 2 Mei 2019 12:37 WIB

Nurhaida setelah sumpah jabatan sebagai Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK periode 2017-2022 di hadapan Ketua Mahkamah Agung, Muhammad Hatta Ali di Gedung Mahkamah Agung, 22 Agustus 2017. Tempo/Hendartyo Hanggi

TEMPO.CO, Jakarta - Di era disrupsi teknologi informasi saat ini, Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan setidaknya ada lima skenario nasib perbankan. Hal tersebut berdasarkan kepada penelitian Bank of International Settlements. "Ada lima skenario ke depan, tergantung mana yang akan dilakukan," ujar Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2019.

Baca: Jumlah Karyawan Perbankan Terus Merosot

Skenario pertama, kemungkinan perbankan bisa menjadi lebih baik dengan adanya kemajuan teknologi informasi. Syaratnya, perbankan bisa menyesuaikan diri dan melakukan transformasi. Sehingga, mereka bisa menarik lebih banyak nasabah dengan adanya layanan digital.

Kedua, bank-bank saat ini tidak bisa menyesuaikan diri dan ketinggalan. Namun, di saat yang sama juga akan muncul perusahaan perbankan anyar yang proses bisnisnya sudah mengadopsi teknologi digital dan banyak dipakai nasabah.

Ketiga, adalah skenario di mana bank konvensional tetap melakukan kegiatan yang bersifat umum dan terus menjaga hubungan dengan nasabah. Namun, akan ada layanan kuhus yang akan diberikan oleh perusahaan berbasis digital.

Advertising
Advertising

Keempat, perusahaan perbankan akan terdegradasi. Selanjutnya, mereka hanya akan melakukan kegiatan umum. Sementara hubungan dan pembinaan lebih jauh dengan nasabah akan dilakukan oleh perusahaan yang lebih digital.

Skenario terakhir adalah perbankan tidak lagi berperan sebagai intermediator karena masyarakat pengguna sektor jasa keuangan bisa langsung mandiri berhubungan dengan perusahan yang sudah terdigitalisasi. "Kelihatannya skenario kelima tidak akan terjadi," ujar Nurhaida.

Nurhaida berharap ke depannya peran perbankan dan perusahaan teknologi finansial bisa berkolaborasi. Sehingga, ia menduga skenario ketiga akan lebih mungkin terjadi, yakni perbankan dan layanan keuangan digital akan berbagi peran dan berkolaborasi.

"Karena perbankan itu tetap akan melakukan perannya tapi dengan transformasi-transformasi. Sementara peran perusahaan teknologi itu akan bisa digunakan secara bersama oleh perbankan," ujar Nurhaida.

Disamping itu, Nurhaida mengatakan berdasarkan riset, digitalisasi bisa membuat perbankan mengefisiensikan biaya hingga 20-30 persen. Itu juga sejalan dengan tuntutan masyarakat akan digitalisasi. Sebab masyarakat cenderung tidak sabar dengan pelayanan yang lama, serta menuntut layanan yang cepat dan murah.

Baca: Tiga Tahun Terakhir, Bank Danamon Paling Banyak Kurangi Karyawan

"Pada 2020 nanti sekitar 80 persen dari kegiatan di pasar didominasi smartphone, ke arah di mana banyak penggunaan teknologi maju, sehingga bank konvensional harus menyesuaikan," ujarnya.

Simak berita terkait disrupsi teknologi lainnya di Tempo.co.

Berita terkait

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

1 hari lalu

LPS Sudah Bayar Dana Nasabah BPRS Saka Dana Mulia yang Ditutup OJK Sebesar Rp 18 Miliar

Kantor BPRS Saka Dana Mulia ditutup untuk umum dan PT BPRS Saka Dana Mulia menghentikan seluruh kegiatan usahanya.

Baca Selengkapnya

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

1 hari lalu

Lima Persen BPR dan BPRS Belum Penuhi Modal Inti Minimum

Sebanyak 1.213 BPR dan BPRS telah memenuhi ketentuan modal inti sebesar Rp 6 miliar. Masih ada lima persen yang belum.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

2 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

3 hari lalu

Didemo Nasabah, BTN: Tak Ada Uang Nasabah yang Raib

PT Bank Tabungan Negara (Persero) atau BTN patuh dan taat hukum yang berlaku di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

3 hari lalu

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

Satgas Pasti khawatir layanan pinjaman dana online atau pinjol baik yang resmi ataupun ilegal berkembang dan digemari masyarakat. Kenapa?

Baca Selengkapnya

Kolaborasi BPJS Ketenagakerjaan dan Perumnas Penuhi Kebutuhan Rumah Bagi Pekerja

4 hari lalu

Kolaborasi BPJS Ketenagakerjaan dan Perumnas Penuhi Kebutuhan Rumah Bagi Pekerja

BPJS Ketenagakerjaan bersama Perum Perumnas menjalin sinergi dalam penyediaan hunian yang layak bagi pekerja.

Baca Selengkapnya

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

5 hari lalu

Kembangkan Pendanaan UKM, OJK Dorong Pemanfaatan Securities Crowdfunding

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mendorong pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) antara lain dengan memanfaatkan securities crowdfunding.

Baca Selengkapnya

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

5 hari lalu

Judi Online per April 2024, Polisi Sebut Ada 729 Kasus dan 1.158 Tersangka

Pada 2023 terdapat 1.196 kasus judi online dengan jumlah tersangka 1.967, sedangkan di 2024 per April terdapat 792 kasus dan 1.158 tersangka.

Baca Selengkapnya

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

6 hari lalu

Hilirisasi Banyak Dimodali Asing, Bahlil Sentil Perbankan

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia buka suara soal dominasi penanaman modal asing (PMA) atau investasi asing ke sektor hilirisasi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya