Potensi Besar, Realisasi Kedatangan Turis Cina Baru 2,14 Juta

Reporter

Fajar Pebrianto

Editor

Rahma Tri

Kamis, 28 Maret 2019 13:38 WIB

Turis Cina suka pantai, kuliner, dan belanja.

TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur, Judi Rifahantoro, menilai jumlah turis asing alias wisatawan mancanegara asal Cina yang melancong ke Indonesia masih terbilang kurang. Dari potensi 140 juta turis yang keluar dari Cina setiap tahunnya, jumlah yang datang ke Indonesia baru sekitar 2,14 juta turis saja.

Simak: Luhut Desak Maskapai Turunkan Harga Tiket Pesawat per April

"Baru itu yang kami raih, masih kurang," kata Judi dalam Focus Group Discussion bersama Federasi Pilot Indonesia di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2019.

Kondisi ini, kata Judi, tak lepas dari jumlah penerbangan langsung Indonesia-Cina yang masih terbilang kurang. Saat ini, jumlah kapasitas kursi internasional dari penerbangan langsung Indonesia-Cina, hampir setara dengan jumlah wisatawan tersebut, atau hanya sedikit lebih tinggi dari 2,5 juta. Sehingga, kata Judi, wajar jika turis Cina yang datang ke Indonesia masih kurang karena penerbangan langsung masih menjadi pilihan utama saat ini.

Saat ini, kata Judi, Kementeriannya terus mengejar target capaian wisatawan mancanegara ke Indonesia. Tahun 2019, pihaknya harus mengejar target wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang. Angka ini naik dari target 2018 yang hanya sebesar 17 juta. Dengan ditambah oleh turis lokal, Kemenpar menyebut industri pariwisata ditargetkan bisa mendatangkan devisa hingga US$ 20 miliar atau setara Rp 284 triliun.

Advertising
Advertising

Tak hanya Cina, jumlah turis asal India dan Eropa yang datang ke Indonesia juga masih kurang, jika dibandingkan dengan potensinya yang cukup besar. Kapasitas kursi internasional dari Eropa-Indonesia hanya 300 ribu, tapi jumlah wisatawan yang ke Indonesia mencapai 2 juta. Jumlah itu belum termasuk potensinya yang jauh lebih besar.

Demikian pula dengan India. Jumlah wisatawan yang ke Indonesia mencapai 500 ribu orang per tahun. Akan tetapi, kursi internasional pada penerbangan langsung yang tersedia hanya sekitar 30 ribu per tahun. Untuk India, tahun 2019, pemerintah menargetkan jumlah wisatawan India bisa mencapai 700 ribu orang.

Baca: Ini Daftar 11 Kawasan Ekonomi Khusus dan Peluang...

Ketiga negara atau kawasan ini menjadi perhatian karena menyumbang wisatawan mancanegara terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Jika pada 2014, kebanyakan turis berasal dari Singapura, Malaysia, dan Australia, maka pada 2018 terjadi peralihan dan lebih banyak datang dari Cina dan Eropa. India walaupun belum yang utama, tapi tumbuh cukup tinggi.

Dengan begitu, Judi mengatakan bahwa pertumbuhan turis yang cepat dari Cina, Eropa, dan India, tidak diikuti oleh pertumbuhan kapasitas kursi penerbangan internasional yang memadai. Walhasil, pertumbuhan hanya mengandalkan titik hub Singapura dan Kuala Lumpur. Sebab, kapasitas kursi penerbangan internasional langsung ke Indonesia memang masih kurang dibandingkan kedua negara ini.

Berita terkait

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

2 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

3 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

6 jam lalu

Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya

Kemenhub tetapkan Bandara Adi Soemarmo turun status dari bandara internasional menjadi bandara domestik. Ini kekhawatiran Sandiaga Uno,

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

21 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

23 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Sandiaga Uno: Ada Kekhawatiran Pariwisata Solo Turun

2 hari lalu

Bandara Adi Soemarmo Turun Status, Sandiaga Uno: Ada Kekhawatiran Pariwisata Solo Turun

Bandara Adi Soemarmo turun status dari internasional ke domestik. Bagaimana nasib pariwisata di Solo? Ini tanggapan Sandiaga Uno.

Baca Selengkapnya

Maskapai Penerbangan Ini Harus Bayar Kompensasi 39 Juta Gara-gara Sandaran Kursi Tak Bisa Direbahkan

2 hari lalu

Maskapai Penerbangan Ini Harus Bayar Kompensasi 39 Juta Gara-gara Sandaran Kursi Tak Bisa Direbahkan

Pnumpang maskapai penerbangan ini merasa diperlakukan sebagai penumpang kelas ekonomi meski sudah bayar kelas bisnis.

Baca Selengkapnya