Iklan
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata menilai target 20 juta kunjungan turis asing tahun ini bakal sulit tercapai. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, untuk mencapai target tersebut setidaknya pertumbuhan tahun ini harus mencapai 20 persen dari realisasi tahun lalu yang mencapai sekitar 15 juta wisatawan asing.
"Kami proyeksinya itu sebanyak 18 juta. (Untuk 20 juta kunjungan) masih sulit memang karena tumbuhnya itu lebih dari 20 persen. Targetnya saja sudah susah," kata Arief di Jakarta, Senin 18 Maret 2019.
Menurut Arief, masih ada sejumlah faktor yang menghambat capaian kunjungan wisatawan mancanegara, salah satunya adalah bencana alam. Hal tersebut membuat kementerian akhirnya hanya memasang target konservatif untuk penerimaan devisa dari pariwisata yaitu, US$ 17,6 miliar. Meski begitu, Arief memproyeksikan penerimaan devisa dari pariwisata bisa mencapai US$ 18 miliar.
Faktor penghambat lainnya adalah tingginya harga tiket pesawat. Arief menilai kenaikan harga tiket pesawat turut mempengaruhi wisatawan mancanegara meski dampaknya tidak langsung. Mahalnya harga tiket dinilai akan menahan wisatawan mancanegara untuk berkunjung hanya di satu lokasi saja. Padahal, kata Arief, biasanya wisatawan asing berpotensi untuk pergi ke destinasi lain.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan, devisa dari sektor pariwisata memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian. Penerimaan devisa tahun lalu sebesar US$ 16,1 miliar. Adapun target tahun ini yang sebesar US$ 17,6 miliar merupakan penyumbang devisa yang kedua setelah kelapa sawit. "Tahun-tahun sebelumnya, masih kalah dengan batubara," ujar Perry, kemarin.
Dorongan sektor pariwisata juga dinilai bisa jadi langkah penting untuk mengurangi defisit transaksi berjalan, menambah pasokan valuta asing dalam negeri, serta dapat menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah. Selain itu, pariwisata juga dinilai memiliki efek ganda karena berdampak pada sektor lain, seperti sektor penerbangan, restoran, hotel, usaha rakyat, dan transportasi.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengakui, target wisatawan mancanegara yang ditargetkan pemerintah terlalu tinggi dan masih sukar dicapai meskipun ada percepatan selama beberapa tahun terakhir. Selain promosi yang belum gencar, Faisal menilai pengembangan fasilitas dan infrastruktur menuju lokasi wisata dan pemberdayaan masyarakat di sekitar obyek wisata juga dinilai belum maksimal. "Masyarakat yang tidak siap menerima wisatawan asing apalagi dalam jumlah besar justru akan memberikan dampak buruk bagi pariwisata kita," tutur dia.
Iklan