The Fed dan Risiko Rendah Picu Modal Asing Masuk Indonesia

Minggu, 24 Maret 2019 05:46 WIB

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman Zainal (tengah) dan Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI, Yati Kurniati saat mengelar konferensi pers mengenai Neraca Pembayaran Indonesia kuartal IV 2018 di Kantor BI, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Februari 2019. TEMPO/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Yogyakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing atau capital inflow pada kuartal I tahun 2019 saat ini sudah mencapai Rp 74,4 triliun. Angka tersebut berasal dari akumulasi Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 62,5 triliun dan saham sebesar Rp 11,9 triliun.

Baca: Maret 2019, Gubernur BI Sebut Dana Asing Masuk Capai Rp 89,46 T

“Aliran modal asing yang masuk ke negara berkembang atau emerging market, termasuk Indonesia memang sedang terus meningkat," ujar Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, IGP Wira Kusuma saat pelatihan wartawan ekonomi dan moneter di Yogyakarta, Sabtu 23 Maret 2019.

Dari kajian yang dilakukan, ujar Wira, derasnya modal asing yang mengalir terutama dipicu makin turunnya tingkat ketidakpastian dan risiko negara berkembang beberapa waktu terakhir. Sehingga meningkatkan kepercayaan investor menggiring modal ke Indonesia. "Selain itu, situasi pasar keuangan global juga membaik, ketidakpastian makin berkurang," ujarnya.

Angin segar yang ditunjukkan Bank Sentral AS atau Federal Reserve atau The Fed dengan menahan laju suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) di level 2,25-2,5 persen mau tak mau ikut memberi dampak positif bagi Indonesia.

Langkah The Fed tersebut membuat likuiditas global membaik dan modal asing yang masuk Indonesia akhirnya meningkat tajam bahkan neraca modal mengalami surplus. "Keputusan The Fed yang dovish (longgar) ini jelas menguntungkan kita, neraca modal surplus lebih besar lagi akibat aliran modal asing yang meningkat," ujar Wira

Advertising
Advertising

BI juga mengikutinya dengan menjaga suku bunga acuan BI atau BI-7 Day Repo Rate stabil sehingga daya pasar keuangan domestik tetap menarik.

Meski demikian, Wira mengingatkan agar tidak boleh lengah di tengah membaiknya pasar keuangan global itu.Terutama karena masih adanya situasi rentan dan fluktuatif terkait dinamika perang dagang AS- China serta keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengamini jika langkah The Fed memang menguntungkan ekonomi Indonesia. "Malah ada kemungkinan kalau FFR bakal diturunkan sebesar 25 bps tahun ini, itu jelas semakin menguntungkan Indonesia karena artinya inflow (arus modal masuk) semakin bertambah," ujarnya.

Ryan menyarankan di tengah situasi pasar keuangan global yang menguntungkan ini, Indonesia menggunakannya untuk berbenah. Terutama pembenahan pada sektor yang dinilai menjadi ganjalan pendongkrak pertumbuhan ekonomi seperti defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) serta perbaikan sektor ekspor.

Simak artikel lainnya tentang The Fed dan modal asing di Tempo.co.

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

12 jam lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Satgas Pasti Diminta Berantas Pinjol Ilegal, Ada Diskon 50 Persen Tiket MotoGP Mandalika

3 hari lalu

Terkini Bisnis: Satgas Pasti Diminta Berantas Pinjol Ilegal, Ada Diskon 50 Persen Tiket MotoGP Mandalika

YLKI minta Satgas Pasti berantas pinjol ilegal sampai ke akarnya.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

3 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

4 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

5 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

6 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

6 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

8 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Kurs Rupiah Ditutup Menguat Hari Ini, Meski Belum Lepas dari Rp 16 Ribu

12 hari lalu

Kurs Rupiah Ditutup Menguat Hari Ini, Meski Belum Lepas dari Rp 16 Ribu

Kurs rupiah ditutup menguat ke level Rp 16.179 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis, 18 April 2024.

Baca Selengkapnya