Pilpres 2019 Dianggap Peluang Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Sabtu, 23 Maret 2019 21:02 WIB

Pekerja tengah menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu, 9 Januari 2019. Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global bakal melambat menjadi 2,9 persen pada tahun 2019. Angka itu turun dibandingkan dari pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 3 persen pada 2018. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan tahun politik yang ditandai dengan Pilpres 2019 bisa menjadi angin segar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: Didorong Pilpres, BI Sebut Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 5,2 Persen

“Kalau baseline pertumbuhan ekonomi Indonesia itu sekarang 5 persen, jika ditambah kegiatan politik (kontribusinya) 0,2 persen tahun ini kita bisa dapat (pertumbuhan ekonominya) 5,2 persen,” ujar Ryan dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi dan Moneter di Yogyakarta, Sabtu 23 Maret 2019.

Ryan menuturkan di tahun politik ini, praktis turut memicu berbagai lembaga khususnya partai-partai politik ikut bergerak lebih aktif dan memberikan sumbangan dalam bidang ekonomi.

“Jadi pemilu ini bisa menjadi stimulus tambahan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Ryan menuturkan peran pemilu dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi sudah terbukti pada 2009 dan 2014 silam. Pada saat itu momentum pemilu menyumbang sekitar 0,2-0,3 persen pertumbuhan ekonomi. Lewat maraknya aktivitas belanja kampanye yang dikeluarkan.

Namun Ryan mengingatkan agar untuk mengejar pertumbuhan ekonomi ini pemerintah juga memperhatikan sejumlah hal.

Misalnya pemerintah perlu menggenjot pertumbuhan sektor domestik mengingat populasi penduduk saat ini sudah 267 juta jiwa. Populasi besar penduduk Indonesia itu sangat potensial digarap pasar domestic produsen .

Ryan pun mengungkap karena Indonesia saat ini sedang mengalami akselerasi atau pertumbuhan ekonomi, maka kebijakan moneter yang dikeluarkan harus akomodatif.

Bank Indonesia selaku bank sentral sendiri dinilainya sudah dalam jalur yang benar dengan tidak menaikkan suku bunga acuan. “Tapi di sisi fiskal, untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi itu juga harus ekspansif, maksudnya pemerintah harus segera memaparkan rencana belanjanya agar tidak kehilangan momentum,” ujarnya.

Menurutnya, ada atau tidaknya pemilu, pemerintah tetap harus menggenjot anggaran belanjanya karena bagaimanapun APBN merupakan stimulus utama kegiatan ekonomi.

“Jangan lupa, belanja pemerintah digenjot, konsumsi rumah tangga didorong, dan di luar itu kita juga punya lembaga pemerintah non-rumah tangga (LPNRT), yang juga punya peran besar mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Ryan menuturkan selain memanfaatkan stimulus dari kegiatan politik, pemerintah juga wajib menjaga sektor yang bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi. Misalnya menjaga konsumsi rumah tangga tidak sampai jatuh, atau daya beli masyarakat ikut dijaga. Caranya dengan penyaluran bantuan seperti untuk program keluarga harapan (PKH) juga harus ditingkatkan.

“Dugaan saya kalau itu semua dijaga pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,2 persen karena kita punya modal untuk meningkatkan itu,” ujarnya.

Ryan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5 itu baru bisa terlihat setidaknya mulai kuartal II 2019, karena di kuartal I tahun ini prosentase belanja masih terbatas.

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

3 hari lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

3 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

7 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

7 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

8 hari lalu

Sandiaga Uno Optimistis BNI Java Jazz Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

Sandiaga Uno yakin BNI Java Jazz akan meningkatkan kunjungan wisatawan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

8 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya