Bikin Macet, Pemerintah Minta Go-Jek Sediakan Shelter
Reporter
Fajar Pebrianto
Editor
Rahma Tri
Jumat, 8 Maret 2019 15:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan meminta pemerintah daerah dan operator ojek online, Go-Jek dan Grab, untuk menyediakan lebih banyak shelter atau titik penjemputan penumpang bagi pengemudi. Shelter ini diperlukan agar kemacetan akibat beberapa pengemudi ojek online mangkal di depan pintu stasiun kereta sehingga berimbas pada kemacetan di jalanan.
Baca juga: GoJek Minta Aturan Ojek Online Kemenhub Tak Merugikan Siapapun
"Kan yang punya lahan Pemda, yang punya ojek online itu operator, kami harapkan mereka kerja sama," kata Direktur Angkutan dan Multimoda, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Ahmad Yani saat ditemui di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Maret 2019.
Ahmad khawatir jika tidak segera diatur, penumpukan pengemudi ojek online yang mangkal menunggu penumpang bakal lebih mengganggu lalu lintas. Terlebih, beberapa hari lagi Moda Raya Terpadu alias MRT Jakarta bakal segera dioperasikan dari Stasiun Lebak Bulus, Jakarta Selatan menuju Stasiun Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. "Ngeri banget kalau udah ada MRT, terus pada nongkrong di sana semua tuh di Jalan Sudirman," ujar dia.
Sejak November 2018, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menilai kondisi pintu masuk dan keluar stasiun, khususnya stasiun Kereta Commuter Line Jabodetabek saat ini sangat berantakan karena ojek online yang bergerombol menunggu penumpang. Dia pun meminta operator aplikasi ojek online segera berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) terkait masalah ini.
Sementara, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga telah meminta kepada para pengemudi Go-Jek dan Grab yang sering mangkal di kawasan Sudirman-Thamrin dan kawasan perkantoran lainnya untuk menghilangkan kebiasaan itu. "Pemilik usaha ojek online juga mulai pikirkan tempat untuk transit dan penjemputan. Kalau mangkal seperti ini terus akan menimbulkan masalah," ujar Anies di Jakarta, Ahad, 22 Juli 2018.
<!--more-->
Walau pengemudi ojek online sudah diminta untuk tidak mangkal di depan stasiun atau perkantoran, titik kemacetan akibat kebiasaan ini tetap terjadi. Salah satunya di Jalan Palmerah Timur, di depan Stasiun Palmerah. Di sana, beberapa pengemudi ojek online mangkal di pinggir jalan di bawah jembatan turun dan naik ke stasiun. Kondisi ini menyumbang kemacetan di jalan tersebut ketika pagi dan sore hari.
Dalam berbagai pertemuan dengan pihak operator ojek online, kata Ahmad, persoalan ini sebenarnya telah pernah disampaikan oleh Kementerian Perhubungan. Tapi Ahmad menilai sejauh ini belum ada perkembangan yang berarti untuk mengatasi masalah ini. "Sepertinya belum digubris," kata dia.
Walau demikian, saat ditanyakan apakah akan ada instruksi khusus dari Direktorat Jenderal Perhubungan Darat kepada Pemda dan operator ojek online, Ahmad menjawab belum akan ada rencana itu. Tapi Ahmad memastikan bahwa kementerian terus melakukan pembicaraan dengan semua pengelola transportasi di Indonesia agar integrasi antar moda itu bisa terus terwujud, termasuk dengan Go-Jek yang juga berniat menjadi feeder alias pengumpan dari transportasi massal yang ada.
BACA: GoJek dan Astra Bikin Perusahaan Patungan Demi Kembangkan Go-Car
Saat dikonfirmasi mengenai masalah ini, salah satu operator yaitu Go-Jek Indonesia rupanya masih melakukan pembicaraan dengan PT KAI perihal penyediaan shelter dan petunjuk lokasi penjemputan penumpang untuk para mitra pengemudi mereka. "Melalui proses ini, Go-Jek ingin memastikan masyarakat mendapat kenyamanan saat harus berpindah moda transportasi," kata Vice President Corporate Affairs Go-Jek Indonesia, Michael Say dalam keterangannya kepada Tempo di Jakarta, Kamis, 7 Maret 2019.