Indonesia Kaji Tata Kelola Perikanan di Sela World Ocean Summit

Reporter

Arif Zulkifli

Kamis, 7 Maret 2019 06:23 WIB

Ketua Kelompok Kerja Menteri Kelautan dan Perikanan untuk Perlindungan Sumber Daya dan Pengamanan di Laut Lepas, Hassan Wirajuda, (tengah) saat diskusi (side event) mengenai Tata Kelola Perikanan Laut Lepas di sela acara World Ocean Summit, bertempat di Park Hyatt Hotel, Abu Dhabi, Rabu waktu setempat, 6 Maret 2019. TEMPO | ARIF ZULKIFLI

TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi Indonesia mengadakan kegiatan diskusi (side event) mengenai Tata Kelola Perikanan Laut Lepas di sela acara World Ocean Summit, bertempat di Park Hyatt Hotel, Abu Dhabi, Rabu waktu setempat, 6 Maret 2019.

Baca juga: 2019, Investasi di Sektor Perikanan Ditargetkan Capai 4 Triliun

"Tujuan dari penyelenggaraan diskusi adalah mengumpulkan masukan terhadap rancangan laporan dengan judul “REFORMING HIGH SEAS FISHERIES GOVERNANCE”," tulis rilis yang diterima Tempo, Kamis, 7 Maret 2019.

Laporan tersebut disusun Kelompok Kerja Menteri Kelautan dan Perikanan untuk Perlindungan Sumber Daya dan Pengamanan di Laut Lepas. Kelompok kerja ini dibentuk untuk dapat menyusun kajian mengenai tata kelola perikanan laut lepas serta menghasilkan rekomendasi kebijakan nasional, regional, dan global untuk menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan dan perikanan serta menjamin keamanan maritim di laut lepas.

Nur Hassan Wirajuda, mantan Menteri Luar Negeri dan Ketua Kelompok Kerja, memaparkan isu-isu yang dibahas dalam rancangan laporan. Isu-isu tersebut pada dasarnya adalah, tata kelola perikanan laut lepas yang dipandang kurang baik dan menyeluruh, inefektivitas impelementasi pengaturan yang ada, lemahnya penegakan hukum negara bendera, dan koordinasi antarorganisasi/institusi yang terkait dan dengan negara yang kurang.

Anggota Kelompok Kerja dan Koordinator Staf Khusus SATGAS 115, Mas Achmad Santosa, menambahkan bahwa maraknya penangkapan ikan secara ilegal di laut lepas antara lain disebabkan oleh lemahnya atau bahkan tidak adanya pengaturan mengenai kegiatan alih muat di laut (transshipment), subsidi perikanan yang menyebabkan eksploitasi berlebihan, dan penggunaan flags of convenience. Mas Achmad Santosa memberikan contoh kasus FV Viking, STS 50, dan Silver Sea 2.

Selain kasus penangkapan ikan secara ilegal, pada diskusi dibahas mengenai praktek perdagangan orang dan perbudakan yang terjadi pada ribuan ABK bekerja di laut. Indonesia memberikan contoh kasus Pusaka Benjina Resources, di mana 682 ABK dari beberapa negara menjadi korban.

Rekomendasi yang tertuang pada laporan tersebut pada dasarnya menyangkut pembentukan norma dasar yang diterima secara internasional agar tercipta standarisasi dan harmonisasi pengaturan, optimalisasi peran institusi/organisasi internasional, dan pembentukan jaringan permanen untuk penanganan kasus agar koordinasi antarnegara dan dengan institusi/organisasi internasional dapat ditingkatkan.

Pada kegiatan diskusi, kelompok kerja mendapat masukan dari tokoh-tokoh internasional yang dikenal aktif memperjuangkan keberlanjutan sumber daya laut lepas, yakni Dr. Enric Sala (National Geographic), Dr. Rashid Sumaila (Univeristy of British Columbia), dan Tony Long (Global Fishing Watch).

Ketiga tokoh tersebut mengapresiasi inisiatif Indonesia untuk aktif mengkampanyekan pentingnya memperhatikan keberlanjutan sumber daya laut lepas dan keamanan maritim.

Enric Sala dan Rashid Sumaila menyampaikan bahwa sumber daya perikanan di laut lepas yang sebenarnya dapat dinikmati oleh semua negara nyatanya hanya dinikmati oleh beberapa distant fishing nations yang kapasitas eksploitatifnya sangat tinggi. Tony Long menambahkan bahwa kapal-kapal milik negara-negara tersebut dapat terus melakukan pelanggaran di laut lepas karena lemahnya monitoring. Sehingga transparansi menjadi sangat penting.

Masukan juga datang European Union, PEW Charitable Trust, serta profesor dari University of California dan University of Oxford. Diskusi berujung pada beberapa rekomendasi yang sangat berbeda-beda dari para peserta, mulai dari penutupan seluruh laut lepas dari kegiatan penangkapan ikan untuk konservasi, penetapan moratorium untuk beberapa wilayah laut lepas, dan pembenahan tata kelola perikanan untuk mengubah beberapa pengaturan seperti terkait transparansi, beban pembuktian, dan pemberian sanksi.

Laporan akhir Kelompok Kerja diharapkan sebagai masukan terhadap pengembangan kertas kerja high level panel on sustainable ocean economy yang akan bertemu dalam side event UNGA 2019 di NY & forum forum kelautan dan perikanan seperti UN Ocean Conference 2020dan OOC 2019 di Oslo Norwegia.

Baca: Susi Pudjiastuti Hadiri Pertemuan Sherpa PTT Ekonomi Laut

Berita terkait

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

3 hari lalu

Trenggono Sebut Perbankan Ogah Danai Sektor Perikanan karena Rugi Terus

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa sektor perikanan kurang mendapat dukungan investasi dari perbankan. Menurut dia, penyebabnya karena perbankan menghindari resiko merugi dari kegiatan investasi di sektor perikanan itu.

Baca Selengkapnya

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

3 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

7 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

8 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

11 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

11 hari lalu

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan di antaranya akan membahas perkembangan ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

14 hari lalu

Apa Kata Pengamat Ekonomi jika Konflik Iran-Israel Berlanjut bagi Indonesia?

Konflik Iran-Israel menjadi sorotan sejumlah pengamat ekonomi di Tanah Air. Apa dampaknya bagi Indonesia menurut mereka?

Baca Selengkapnya

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

14 hari lalu

DFW Desak Pemerintah Usut Dugaan Kejahatan Perikanan di Laut Arafura

Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan kejahatan perikanan di laut Arafura.

Baca Selengkapnya

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

16 hari lalu

Terkini: Strategi Sri Mulyani Antisipasi Dampak Ekonomi Serangan Iran ke Israel, Rupiah dan IHSG Melemah Dampak Geopolitik Timur Tengah

Ketegangan situasi geopolitik Timur Tengah dapat berdampak kepada Indonesia di berbagai indikator ekonomi.

Baca Selengkapnya