BI Yakin Rupiah Rp 14.000, Faisal Basri: Hanya dengan Doa

Kamis, 28 Februari 2019 20:15 WIB

Petugas menghitung rupiah di VIP kawasan Cikini, Jakarta, Rabu, 6 Februari 2019. Kurs rupiah menguat ke posisi Rp 13.947 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Rabu, 6 Februari 2019. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior dari Universitas Indonesia Faisal Basri menyindir Bank Indonesia yang menyatakan optimis nilai tukar rupiah bisa berada di bawah Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat. Menurut dia, optimisme tersebut hanya dibangun berdasarkan doa bukan usaha.

BACA: Rupiah Diprediksi Melemah, Sentuh Rp 14.025

"Tadi Gubernur Bank Indonesia mengatakan optimis nilai tukar rupiah bisa di bawah Rp 14.000, tapi dengan doa bukan usaha," kata Faisal saat menjadi pembicara dalam acara CNBC Economy Outlook 2019 di Hotel Westin, Jakarta Selatan, Kamis 28 Februari 2019.

Adapun, dalam sesi yang berbeda Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo sebelumnya sempat mengatakan bahwa sepanjang tahun ini nilai tukar rupiah diperkirakan lebih stabil meskipun masih berada di level Rp 14.000 per dolar AS. Perry bahkan cukup optimis dengan kondisi nilai tukar yang bisa berada di bawah level Rp 14.000 per dolar AS.

Merujuk Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) nilai tukar rupiah Kamis 28 Februari 2019, mencapai level Rp 14.062 per dolar AS atau melemah 58 poin dibandingkan pada hari sebelumnya. Adapun di pasar spot, rupiah diperjualbelikan di level Rp 14.065 per dolar AS atau melemah sebesar 0,25 persen sepanjang hari.

Advertising
Advertising

Menurut Faisal, hal itu disampaikan karena ia melihat strategi Bank Indonesia untuk memperkuat nilai tukar rupiah cenderung mengandalkan masuknya modal asing. Cara inilah yang disebut Faisal sebagai strategi yang lebih banyak doa dibandingkan usaha.

Sebabnya, jika hanya mengandalkan strategi ini maka rupiah akan sulit untuk stabil. Karena pemerintah tidak bisa memperkirakan apakah aliran modal asing tersebut akan terus masuk ke Indonesia atau tidak.

"Nah belum kepuncak tuh berarti, masih di jalan tol yang lurus, jadi ati-ati. Sebab tidak ada yang bisa menerka uang akan datang ke Indonesia akan datang ke sini terus atau tidak," kata dia.

Faisal bahkan mengatakan nilai tukar yang masih rawan tersebut terlihat pada Januari 2019 kemarin ketika pemerintah harus membayar kewajiban utangnya. Akibatnya, cadangan devisa Bank Indonesia saat itu menjadi turun, dan rupiah bisa melemah sedikit.

Meskipun sekarang nilai tukar rupiah sudah mulai menguat lagi. Tapi bukan berarti telah aman sebab, pada Maret 2019 mendatang masih ada kewajiban deviden dari perusahaan-perusahaan yang ada.

Berita terkait

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

1 menit lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

2 jam lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

13 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

14 jam lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

23 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

1 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya