Standard Chartered Sebut Tren Reksa Dana Bakal Positif pada 2019

Selasa, 12 Februari 2019 06:01 WIB

Pekan Reksa Dana Nasional, di Mal Central Park, Jakarta, Kamis (18/10). TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Standard Chartered Indonesia memperkirakan tren reksa dana saham positif pada tahun 2019. Kendati, pada 2018 kinerja Indeks Harga Saham Gabungan negatif, yaitu di level -2,54 persen.

BACA: Yusuf Mansur Targetkan Seluruh Pengguna Paytren Miliki Reksa Dana

"Tahun lalu banyak dana asing keluar dari Indonesia atau emerging market lain, kalau kita lihat awal 2019, Januari - Februari saja kita lihat banyak dana sudah masuk kembali ke dalam negeri," ujar Managing Director & Head, Wealth Management, Standard Chartered Bank Indonesia, Bambang Simarno, di Hotel Mulia, Jakarta, Senin, 11 Februari 2019.

Alasan lainnya yang membuat Bambang optimistis kinerja reksa dana saham bakal moncer pada tahun ini adalah kondisi perekonomian global. Di awal tahun ini, Amerika Serikat terlihat mulai mengerem kenaikan suku bunga dan perang. Selain itu perang dagang antara negeri Abang Sam dan Cina juga diperkirakan akan mereda. "Jadi, kami melihat kondisi itu cukup positif untuk perkembangan reksa dana saham di Indonesia," kata Bambang.

BACA: Kejar Investor Recehan, Paytren Luncurkan Reksa Dana Online

Advertising
Advertising

Pada tahun lalu, kondisi perekonomian global sempat mengalami gonjang ganjing setelah bank sentral AS, The Fed, secara jor-joran menaikkan suku bunga acuannya sepanjang 2018. Tercatat Fed Fund Rate naik hingga empat kali tahun lalu. Di samping itu, perang dagang antara AS dan Cina juga terus menghangat.

Belum lagi apabila melihat tren beberapa tahun ke belakang. Bambang meliat reksadana saham memang cenderung dicari oleh nasabah. Minat masyarakat terhadap reksa dana, menurut dua, dipicu oleh kinerja produk investasi tersebut yang pada beberapa waktu ke belakang masih di atas 15 persen.

Secara umum, Bambang mengatakan dana kelolaan reksa dana di Indonesia dalam empat tahun terakhir naik dua kali lipat dari Rp 240 triliun pada 2014 menjadi Rp 500 triliun pada 2018. Sementara, jumlah investornya naik dari 250 ribu pada 2014 menjadi sekitar 800 ribu.

Selain reksa dana saham, produk investasi yang bakal cemerlang di tahun ini, kata Bambang, adalah obligasi pemerintah, baik obligasi ritel maupun sukuk. "Produk itu banyak dibeli nasabah karena tingkat pengembaliannya cukup lumayan, sukuk yang terakhir dikeluarkan saja kuponnya di atas 8 persen, itu menarik," kata dia. Apalagi, angka itu juga jauh lebih besar dari nilai bunga deposito.

Berita terkait

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

1 jam lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

2 jam lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

2 jam lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

5 jam lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

15 jam lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

19 jam lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

23 jam lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

Semakin Berkembang, Bahana TCW Beri Tips Investasi Reksa Dana Syariah

3 hari lalu

Semakin Berkembang, Bahana TCW Beri Tips Investasi Reksa Dana Syariah

Reksa dana syariah menjadi salah satu instrumen tepat bagi masyarakat Indonesia yang ingin imbal hasil, tapi tetap menyesuaikan prinsip syariat Islam.

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

3 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya