Pemerintah Siapkan Sistem Monitor Lahan Gambut Secara Real Time

Kamis, 31 Januari 2019 06:45 WIB

Lahan gambut eks kebakaran di desa Sepucuk, Ogan Komering Ilir, dijadikan percontohan penanaman kembali. Hari ini lokasi tersebut dikunjungi oleh delegasi Bonn Challenge dari 27 negara. TEMPO/Parliza Hendrawan

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyiapkan Sistem Pemantau Air Lahan Gambut (Sipalaga) untuk mencegah potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) akibat kekeringan.

Baca juga: Berebut Lahan Gambut di Rawa Tripa

Direktur Pusat Teknologi Pengembangan Sumber Daya Wilayah (PTPSDW) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yudi Anantasena menyatakan inovasi teknologi Sipalaga merupakan sebuah solusi teknologi yang dikembangkan BPPT bersama Badan Restorasi Gambut (BRG).

“Sistem ini mampu mendeteksi tinggi muka air dan kelembaban sehingga bisa segera dilakukan upaya preventif untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut jika kondisi mulai kering,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu 30 Januari 2019.

Menurutnya, kerusakan lahan gambut bisa disebabkan pengeringan berlebihan sehingga lahan gambut kering ini memicu terjadinya kebakaran. Sistem ini nantinya dapat dimonitor secara online oleh aplikasi pemantauan tinggi muka air (TMA) yang dikembangkan BPPT bersama BRG.

Advertising
Advertising

Yudi mengungapkan bahwa dalam pemantauan lahan gambut, BRG memerlukan informasi mengenai kondisi lahan gambut secara real time, sehingga lahan gambut dapat terpantau secara berkala.

“BRG telah melakukan pemasangan alat pemantau TMA sebanyak 142 buah yang telah dikemas kedalam sistem Sipalaga hasil kerja sama dengan BPPT yang telah dirintis sejak pertengahan tahun 2016 lalu,” jelasnya.

Kepala Badan restorasi Gambut Nazir Foeadi mengatakan sistem pemantau air lahan gambut (SIPALAGA) ini dipersiapkan untuk mencegah potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) akibat kekeringan.

“Kita ingin menjaga lahan gambut tetap basah. Cara terbaik yaitu membangun sensor yang membaca lahan secara real time,” ujarnya.

Sensor tersebut urainya, akan dipasang di setiap lahan gambut. Sistem Sipalaga ini bisa mendeteksi tinggi muka air (TMA) dan kebasahan lahan gambut, di ekosistem gambut secara langsung.

Agar lahan gambut tetap basah, imbuhnya, BRG akan memantau secara real timesetiap 60 menit. Kemudian, datanya akan dikirim ke server BRG dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk dilakukan pengecekan.

"Kalo airnya track-nya menurun terus, dan ramalan cuaca dari BMKG tidak akan hujan selama 20 sampai 30 hari kedepan, berarti itu rawan," jelasnya.

Jika hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi, Kepala Badan Restorasi Gambut akan menginformasikan ke Satuan Petugas (Satgas) agar meningkatkan patroli.

"Kemudian Pemerintah daerah akan menjaga, dan fasilitator desa BRG supaya bisa masuk bersama Kepala Desa dan masyarakat agar membantu.”

Berita terkait

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

2 jam lalu

Peneliti BRIN Pertanyakan Benih Padi Cina Mampu Taklukkan Lahan Kalimantan

BRIN sampaikan bisa saja padi hibrida dari Cina itu dicoba ditanam. Apa lagi, sudah ada beberapa varietas hibrida di Kalimantan. Tapi ...

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

7 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Kebijakan Satu Peta Kurangi 9 Persen Tumpang Tindih Lahan, Setara 29,5 Juta Hektare

26 hari lalu

Kebijakan Satu Peta Kurangi 9 Persen Tumpang Tindih Lahan, Setara 29,5 Juta Hektare

Kebijakan Satu Peta 2019-2023 mampu mengurangi 9 persen tumpang tindih lahan di Indonesia. Tahun ini diprediksi mengurangi 8,6 persen.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

43 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Tanah Liat Memperlambat Laju Perubahan Iklim

11 Februari 2024

Tanah Liat Memperlambat Laju Perubahan Iklim

Jumlah karbon organik yang tersimpan di tanah 10 kali lipat lebih banyak ketimbang seluruh karbon di atmosfer. Mengurangi dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kunjungi Mangrove Angke, Kepala Badan Kehutanan AS: Ini Contoh Kesuksesan

26 Januari 2024

Kunjungi Mangrove Angke, Kepala Badan Kehutanan AS: Ini Contoh Kesuksesan

Restorasi ekosistem mangrove di TWA Angke Kapuk menjadikannya kawasan wisata yang menawarkan hutan mangrove sebagai daya tarik utamanya.

Baca Selengkapnya

Amerika Terinspirasi Pengendalian Kebakaran Hutan Desa Tuwung

24 Januari 2024

Amerika Terinspirasi Pengendalian Kebakaran Hutan Desa Tuwung

Layanan Kehutanan Amerika berencana mengadopsi skema hutan sosial dari Kalimantan Tengah untuk pengendalian kebakaran hutan.

Baca Selengkapnya

Tidak Singgung Kerusakan Ekosistem Gambut dan Karhutla, Debat Cawapres Dinilai Normatif

22 Januari 2024

Tidak Singgung Kerusakan Ekosistem Gambut dan Karhutla, Debat Cawapres Dinilai Normatif

Isu yang diusung dalam debat cawapres kedua adalah pangan, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Bersama Menjaga Lahan Gambut

8 Januari 2024

Bersama Menjaga Lahan Gambut

Semua desa yang wilayahnya menjadi target restorasi BRGM, difasilitasi dengan Desa Mandiri Peduli Gambut

Baca Selengkapnya

BRGM Optimistis Target Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove Tercapai di Tahun 2024

24 Desember 2023

BRGM Optimistis Target Restorasi Gambut dan Rehabilitasi Mangrove Tercapai di Tahun 2024

BRGM menargetkan restorasi gambut di tahun 2024 sebesar 355 ribu.

Baca Selengkapnya