5 Alasan Tim Prabowo Yakin Tarif Rendah Bisa Pacu Rasio Pajak

Sabtu, 19 Januari 2019 14:20 WIB

Politisi PAN Drajad Wibowo (kedua kanan) bersama Hanafi Rais (kedua kiri) seusai melakukan pertemuan dengan juru bicara KPK Febri Diansyah (kiri) digedung KPK, Jakarta, 5 Juni 2017. Kedatangan Drajad dan Hanafi Rais itu untuk meminta kepastian pimpinan apakah KPK bersedia bertemu Amien Rais untuk mengklarifikasi dugaan aliran dana kasus korupsi pengadaan alat kesehatan. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo menyebut Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor Urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno berujar strategi untuk menggenjot rasio pajak ke level 16 persen adalah menerapkan tarif pajak yang rendah. Strategi itu diambil antara lain dari gagasan dan observasi ekonom Tunisia Ibnu Khaldun.

Baca: Prabowo Singgung Tax Ratio 2 Kali, Begini kata Pengamat Pajak

"Inti dari observasi Ibnu Khaldun itu adalah bahwa pada awal dinasti diperoleh penerimaan perpajakan yang besar dari penilaian atau tarif yang rendah. Pada akhir dinasti, penerimaan perpajakannya rendah, berasal dari tarif yang tinggi," ujar Dradjad melalui pesan tertulis kepada Tempo, Jumat malam, 18 Januari 2019.

Gagasan tersebut, ujar Dradjad, juga telah diterjemahkan oleh ekonom Amerika Serikat Arthur B. laffer menjadi Kurva Laffer. Dalam kurva Laffer, penerimaan perpajakan adalah nol pada saat tarif nol persen, lalu naik menuju penerimaan pajak maksimum pada tarif optimal tertentu, kemudian turun lagi menuju nol pada tarif seratus persen.

"Berapa tarif yang optimal? Setiap negara tentu berbeda-beda, bahkan bisa berbeda antar periode di dalam satu negara," kata pakar ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) itu.

Advertising
Advertising

Dradjad memaparkan setidaknya lima alasan mengapa ia yakin penerapan gagasan-gagasan tersebut bisa menaikkan basis dan rasio pajak di Indonesia.

1. Bisa mengurangi profit shifting
Salah satu penyebab rendahnya basis pajak, ujar Dradjad, adalah maraknya profit shifting atau pemindahan keuntungan oleh perusahaan ke negara dengan tarif pajak yang jauh lebih rendah dari Indonesia.

"Mereka membuat perusahaan perdagangan di negara tersebut, sehingga bagian terbesar dari keuntungannya berada di sana," kata Dradjad. Jika nantinya tarif pajak dibuat lebih kompetitif, ujar dia, para pengusaha akan merasa rugi bila melakukan profit shifting. Sebab, biaya transaksi, administrasi, kepatuham dan lainnya menjadi relatif mahal ketimbang pajak yang dihemat.

2. Mengurangi praktek korupsi
Selama ini, kata Dradjad, tingginya tarif pajak yang terlalu tinggi cenderung membuat wajib pajak lebih senang melakukan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme bersama aparat pajak atay hakim pengadilan pajak. Pasalnya biaya menyogok aparat dinilai lebih murah ketimbang bayar pajak. "Kalau tarifnya turun, buat apa menyogok lagi?"

3. Kampanye kesadaran pajak bisa lebih efektif
Dengan tarif pajak rendah, Dradjad yakin kampanye kesadaran membayar pajak bisa lebih efektif. Begitu pula dengan penegakan aturan perpajakan.

Sebabnya, ia yakin orang atau badan yang mampu tapi malas membayar pajak akan malu dengan kampanye itu. "Sudah tarifnya rendah kok masih ngemplang pajak, berarti anda kebangetan," ujar Dradjad. Dengan demikian, negara juga akan memiliki posisi psikologis yang lebih kuat untuk menegakkan aturan perpajakan, mulai dari intelijen pajak, pemeriksaan, hingga tindakan hukum.

4. Negara lain sudah membuktikan
Menurut Dradjad, tarif pajak Indonesia memang relatif kurang kompetitif. Termasuk, apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangga Indonesia. "Mereka tarifnya rendah tapi rasio pajaknya lebih besar dari kita."

5. Bisa memacu pertumbuhan ekonomi
Dradjad berharap penurunan tarif pajak ke posisi optimal tertentu dapat memacu pertumbuhan ekonomi hingga di atas 6 persen. Sehingga, lahan yang bisa dipajaki, melalui Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Perdagangan, Pajak Bumi dan Bangunan, hingga bea cukai bisa jauh lebih banyak.

Simak berita tentang Prabowo hanya di Tempo.co

Berita terkait

Jawaban Anies Baswedan dan Ganjar Soal Kemungkinan Bergabung dalam Kabinet Prabowo-Gibran

38 menit lalu

Jawaban Anies Baswedan dan Ganjar Soal Kemungkinan Bergabung dalam Kabinet Prabowo-Gibran

Setelah putusan MK yang menolak keputusan kubu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, akankah mereka kemudian gabung di kabinet Prabowo-Gibran?

Baca Selengkapnya

Momen Prabowo Diajak Foto bersama Lawrence Wong, PM Singapura Selanjutnya

1 jam lalu

Momen Prabowo Diajak Foto bersama Lawrence Wong, PM Singapura Selanjutnya

Peristiwa foto bersama Prabowo dan Lawrence itu terjadi di sela pertemuan tingkat tinggi PM Singapura Lee Hsien Long dan Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya

Kala Jokowi, Prabowo, Lee Hsien Long dan Pengganti PM Singapura Duduk Bersama

2 jam lalu

Kala Jokowi, Prabowo, Lee Hsien Long dan Pengganti PM Singapura Duduk Bersama

Kebersamaan Jokowi, Lee Hsien Long, Prabowo, dan Lawrance dalam satu meja menjadi sinyal keberlanjutan kemitraan dengan Singapura.

Baca Selengkapnya

Isu Kabinet Prabowo Banyak Beredar, PGRI Berpesan Jangan Mudah Ubah Kurikulum Pendidikan

2 jam lalu

Isu Kabinet Prabowo Banyak Beredar, PGRI Berpesan Jangan Mudah Ubah Kurikulum Pendidikan

PGRI mengingatkan bahwa pemerintahan baru di bawah Prabowo jangan dengan mudah mengubah kurikulum pendidikan.

Baca Selengkapnya

Didampingi Prabowo, Jokowi Terima Kunjungan PM Singapura di Istana Bogor

3 jam lalu

Didampingi Prabowo, Jokowi Terima Kunjungan PM Singapura di Istana Bogor

Pertemuan Jokowi dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long merupakan yang terakhir sebelum keduanya memasuki masa purna tugas.

Baca Selengkapnya

Kans Gabung di Kabinet Prabowo-Gibran: Anies Tak Mau Berandai-andai, Ganjar Sebut Lebih Baik di Luar

5 jam lalu

Kans Gabung di Kabinet Prabowo-Gibran: Anies Tak Mau Berandai-andai, Ganjar Sebut Lebih Baik di Luar

Anies tidak mau berandai-andai. Sedangkan Ganjar menyebutnya lebih baik di luar kabinet Prabowo-Gibran. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Peluang PKS Merapat ke Prabowo, Gerindra-Golkar-PAN Respons Begini

5 jam lalu

Peluang PKS Merapat ke Prabowo, Gerindra-Golkar-PAN Respons Begini

Peluang PKS merapat ke kubu Prabowo mendapatkan respons dari Partai Gerindra, Golkar, dan PAN. Apa responsnya?

Baca Selengkapnya

Gerindra Tegaskan Penyusunan Kabinet Prabowo Belum Dimulai

5 jam lalu

Gerindra Tegaskan Penyusunan Kabinet Prabowo Belum Dimulai

Sufmi Dasco Ahmad menegaskan bahwa presiden terpilih Prabowo Subianto belum pernah mengeluarkan susunan kabinet resmi.

Baca Selengkapnya

PSI Sambut Baik Partai Luar Koalisi Gabung di Pemerintahan Prabowo-Gibran

16 jam lalu

PSI Sambut Baik Partai Luar Koalisi Gabung di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyambut baik partai-partai non-Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang ingin bergabung pasca penetapan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie, sikap tersebut mencontoh Presiden Joko Widodo alias Jokowi.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Singgung Peluang Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

17 jam lalu

Anies Baswedan Singgung Peluang Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Anies Baswedan mengakui dirinya masih kerap ditanya apakah akan masuk kabinet pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka.

Baca Selengkapnya