Chatib Basri Lebih Khawatirkan Kondisi BUMN Ketimbang Utang

Kamis, 17 Januari 2019 17:39 WIB

M. Chatib Basri. ANTARA/Fanny Octavianus

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut saat ini isu soal kondisi Badan Usaha Milik Negara lebih sensitif ketimbang utang. Ia mengaku tidak pernah khawatir soal kondisi utang Indonesia saat ini lantaran berdasarkan rasio terhadap Produk Domestik Bruto masih di kisaran 30 persen. "Kalau boleh sentuh isu yang agak sensitif, saya justru khawatirnya sama BUMN," ujarnya di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019.

Baca: Chatib Basri: RIP Mas Tony Prasetiantono

Menurut dia, kondisi BUMN agak merepotkan lantaran perseroan, misalnya Pertamina dan PLN, tidak boleh menaikkan tarifnya. Di sisi lain, mereka harus membangun atau eksplorasi.

Padahal untuk melakukan eksploraasi atau membangun capex perusahaan mesti naik, sementara pemasukan tidak. "Kalau capex naik tapi income enggak ada harus pinjam uang kan, issue bond," kata Chatib Basri.

Kalau perseroan-perseroan itu mengeluarkan surat utang, ia yakin investor akan menyambutnya. Sebab, mereka pasti menganggap perusahaan-perusahaan tersebut tidak akan tutup lantaran dijaga oleh pemerintah. "Ini yang jadi isu contingen liabilities, ini harus di-manage secara baik," ujar Chatib Basri. "Tapi saya tidak melihat bahwa isu itu adalah isu yang membuat Indonesia jadi masalah."

Advertising
Advertising

Belakangan, isu utang memang hangat menjadi perbincangan di masyarakat, salah satunya lantaran kerap disinggung dalam kritik-kritik yang dilontarkan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Walau demikian ia mengatakan utang Indonesia belum mengkhawatirkan.

Chatib Basri berujar perihal utang tidak bisa dipersoalkan hanya dari besar nominalnya. Melainkan, mesti dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto masing masing negara. "Contohnya begini, kalau dia utang 50 dan saya utang seratus itu kan belum tentu dia lebih aman dari saya," katanya. "Bisa saja dia utang 50 tapi penghasilannya seratus berarti 50 persen dari pendapatan dibayarkan utang, sementara saya utang seratus dari pendapatan 10.000."

Kalau hanya berbicara soal nominal, Chatib Basri mengatakan zaman paling aman adalah pada era kolonialisme Belanda di mana utang Indonesia hanya beberapa gulden saja. Oleh karena itu, dalam melihat utang, ia meminta masyarakat melihat rasionya terhadap PDB.

Yang kini menjadi pertanyaan, ujar Chatib Basri, adalah utang di sektor swasta. Utang di sektor tersebut memiliki risiko apabila utang dari luar negerinya cukup tinggi. Apalagi kalau perusahaan menerapkan penerimaan dari rupiah tapi pembayaran utang menggunakan dolar. "Ada risiko currency mismatch."

Baca: Khawatir Gejolak Ekonomi 2018 Berulang, Ini Saran Chatib Basri

Walau, apabila dilihat sekarang utang luar negeri sektor swasta sekarang sudah mulai melambat pertumbuhannya. Terutama saat rupiah mengalami pelemahan. Dengan demikian, tanpa Bank Indonesia mengambil tindakan pun pinjaman dalam dolar sudah mulai berkurang. "Kalau ada itu antara parents company dan subsidiary-nya," ujar Chatib Basri. "Saya tidak melihat isu itu menjadi isu yang bermasalah."

Berita terkait

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

1 hari lalu

Swasembada Gula dan Bioetanol, Kementerian BUMN Gabungkan Danareksa-Perhutani

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara atau BUMN Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan keterlibatan Kementerian BUMN dalam proyek percepatan swasembada gula dan bioetanol.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

2 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Aria Bima Tegaskan Peran Penting BUMN untuk Penguatan Ekspor

2 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Aria Bima Tegaskan Peran Penting BUMN untuk Penguatan Ekspor

Pemerintah harus cermat menerapkan strategi, salah satunya melalui diplomasi perdagangan

Baca Selengkapnya

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

5 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

6 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

6 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

6 hari lalu

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

Wakil Ketua Badan Itelijen Negara (BIN) I Nyoman Cantiasa mengapresiasi acara puncak Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Saka 1946.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

6 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

6 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

Menhub Budi Karya Minta Jepang Berkoordinasi dengan BUMN soal Pengembangan Konektivitas Transportasi IKN

6 hari lalu

Menhub Budi Karya Minta Jepang Berkoordinasi dengan BUMN soal Pengembangan Konektivitas Transportasi IKN

Menhub Budi Karya membahas rencana pengembangan jaringan transportasi di Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara dengan Jepang.

Baca Selengkapnya