BI Beri Ruang Rupiah Menguat Lebih Lanjut, Begini Caranya

Senin, 7 Januari 2019 14:45 WIB

Bank Indonesia (BI). TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia tetap memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat lebih lanjut dari level saat ini, Rp 14.024 per dolar AS. Caranya dengan terus mengefektifkan transaksi Domestic Non Deliverable Forward.

Baca: Rupiah Menguat, Tiga Faktor Ini Diduga Jadi Alasannya

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah mengungkapkan bank sentral juga turut mengawal penguatan tersebut termasuk dengan membuka lelang Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) pada hari Senin ini pukul 08.30 WIB dan dilanjutkan dengan intervensi bilateral melalui delapan broker secara kuat.

"Meningkatnya aktivitas BI di pasar DNDF, selain untuk memastikan kurs offshore NDF terkendali, juga sebagai dukungan penuh bagi berkembangnya pasar DNDF agar lebih likuid dan efisien," kata Nanang, Senin, 7 Januari 2019.

Sejauh ini, terdapat 13 bank yang aktif di pasar interbank DNDF serta investor asing bertransaksi untuk hedging investasi di saham dan beberapa korporasi, termasuk satu BUMN yang sudah aktif melakukan transaksi DNDF. Menurut Nanang, selain dalam dolar AS/rupiah, transaksi DNDF nasabah juga sudah ada yang melakukan dalam yen/rupiah dan euro/rupiah.

Advertising
Advertising

"Bila transaksi DNDF ini terus berkembang dan banyak digunakan untuk hedging, maka akan membantu memuluskan pembelian valas di dalam negeri, sehingga rupiah bisa lebih stabil," tutur Nanang.

Penguatan rupiah terjadi di tengah optimisme yang mewarnai pasar keuangan global atas prospek hasil negosiasi kesepakatan sengketa dagang AS dan China serta perubahan sikap Chairman FOMC The Fed atas lintasan suku bunga AS ke depan.

Tidak seperti sebelumnya, pascajatuhnya harga saham di AS, kali ini The Fed menyiratkan akan lebih fleksibel dan bakal menunggu perkembangan data ekonomi, serta siap melakukan perubahan dalam kebijakan suku bunga ke depan. Selain itu, bank sentral AS mulai melunak atas rencana proses penarikan likuiditas dari sistem keuangan.

Sebagaimana diketahui, sebagai bagian dari proses normalisasi kebijakan moneter pascakrisis 2008, The Fed sedang dalam proses melepaskan kembali surat-surat berharga yang diterbitkan swasta sejak Desember 2017. Instrumen tersebut dibeli Federal Reserve untuk mengatasi krisis keuangan pada 2008-2009.

Artinya, tengah terjadi penarikan likuiditas dari sistem keuangan. Surat berharga milik swasta yang ada pada neraca The Fed sampai saat ini baru turun ke US$3,86 triliun per Januari 2018, dari US$ 4,2 triliun yang bertahan sejak Januari 2014. "Bila penarikan likuiditas dari sistem keuangan dilakukan terlalu cepat maka dapat menimbulkan keketatan dolar AS di seluruh dunia," ucap Nanang.

Meski kondisi ekonomi AS semakin solid, tapi diperkirakan tidak akan tetap kuat menahan pelemahan ekonomi global bila ekonomi Eropa, Jepang, dan Cina semakin kehilangan tenaga. Meski data ekonomi AS masih menunjukkan kondisi yang solid, tapi sektor industri memperlihatkan pelemahan. Hal ini terindikasi dari penurunan Purchasing Manager Index (PMI) dan Institute of Supply Management (ISM).

Adapun nonfarm payrolls AS pada Desember 2018 meningkat melebihi ekspektasi pasar ke level 312.000 dari bulan sebelumnya yang direvisi naik ke level 176.000 atau peningkatan ke level tertinggi dalam 10 bulan terakhir. Sementara itu, berbagai indikator manufaktur di Eropa dan Cina semakin menunjukkan kemerosotan sebagai indikasi bahwa perang dagang mulai menimbulkan efek negatif.

Baca: 2019, Nilai Tukar Rupiah Masih Banyak Bergantung Ekonomi Global

Sentimen positif dari kesepakatan perang dagang, perubahan sikap The Fed, dan berbagai perkembangan data ekonomi tersebut dinilai mendorong terjadinya pelemahan nilai tukar dolar AS secara lebih luas, serta penguatan indeks saham global dan kenaikan yield US Treasury.

BISNIS

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

9 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

10 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

12 jam lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

17 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

18 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

3 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya