Alasan BI Tak Naikkan Suku Bunga Acuan Seperti The Fed

Reporter

Caesar Akbar

Kamis, 20 Desember 2018 16:10 WIB

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo ditemui usai mengikuti salat Jumat di Kompleks Bank Indonesia, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat, 19 Oktober 2018. TEMPO/Dias Prasongko

Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan alasan bank sentral tidak menaikkan suku bunga acuannya pada Rapat Dewan Gubernur bulan Desember 2018. Padahal, semalam bank sentral Amerika Serikat, The Fed, memutuskan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 2,25-2,5 persen.

Baca juga: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6 Persen

Menurut Perry, BI sudah terlebih dulu memantau dan mengukur probabilitas kebijakan The Fed tersebut. Sehingga, kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuan sudah diantisipasi sejak bulan lalu. "Jadi kami tidak menunggu sampai suku bunga The Fed naik, kami mendahului responsnya," ujar Perry di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis, 20 Desember 2018. Langkah itu dilakukan untuk mempertahankan daya tarik pasar domestik dan menurunkan defisit transaksi berjalan menuju batas aman.

Bank Indonesia pada Rapat Dewan Gubernur bulan lalu mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 5,75 menjadi 6 persen. Saat itu, suku bunga Deposit Facility juga naik menjadi 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75 persen.

Perry menegaskan langkah yang diambil pada November lalu sudah price-in dengan kenaikan suku bunga di Desember, bahkan di bulan-bulan selanjutnya. "Artinya kenaikan FFR juga sudah kami perhitungkan di Desember dan beberapa bulan ke depan," ujar Perry. Oleh karena itu, pada RDG kali ini, BI memutuskan untuk tidak lagi menaikkan suku bunga acuannya.

Hari ini, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Days Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 6 persen. Keputusan itu dikeluarkan melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang diselenggarakan di Kantor Bank Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat pada Rabu-Kamis, 19-20 Desember 2018.

"BI meyakini tingkat suku bunga tersebut konsisten menurunkan CAD (defisit transaksi berjalan) ke batas aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik, serta mempertimbangkan tren suku bunga global beberapa waktu ke depan," kata Perry.

Keputusan mempertahankan BI 7 DRR tersebut juga diikuti dengan kebijakan mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen. Sedangkan Lending Facility dipertahankan 6,75 persen. Langkah BI tersebut berbeda dengan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter yang berakhir kemarin.

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 jam lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

13 jam lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

17 jam lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

1 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

1 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

2 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

4 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

4 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

4 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

5 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya