Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan pengarahan dalam Sosialisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2019 di Kemenkeu, Jakarta, Senin 10 Desember 2018. Dalam kesempatan itu Sri Mulyani mengingatkan pemerintah daerah tidak menggunakan makelar untuk proses pencairan dana transfer ke daerah karena tidak sesuai dengan tata kelola yang berlaku. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Jakarta- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan defisit neraca perdagangan November 2018 membengkak karena dinamika ekonomi global yang tinggi dan tidak menentu.
"Kita harus melihat bahwa faktor ekonomi luar dari sisi ekspor akan menjadi tantangan," ujar dia di Gedung Dhanapala, Senin, 17 Desember 2018.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sepanjang November, neraca perdagangan Indonesia tercatat defisit US$ 2,05 miliar seiring besarnya defisit di neraca migas. Nilai defisit ini disebabkan posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$ 14,83 miliar atau lebih rendah dibandingkan nilai neraca impor sebesar sebesar US$ 16,88 miliar.
Sri Mulyani menjelaskan komoditas ekspor harus dilihat dengan hati-hati. Selain itu, dia akan mengupayakan perbaikan dari sisi neraca perdagangan dan transaksi berjalan dari capital flow.
Neraca transaksi berjalan, kata Sri Mulyani, diperkirakan mengalami defisit. Namun, dia memperkirakan defisit tersebut berada di angka 3 persen.
"Kalau kemarin capital flow yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, dari sisi stabilitas, prospek pertumbuhan ekonomi masih baik," tutur Sri Mulyani.
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
3 hari lalu
Sri Mulyani Temui Wapres, Bahas Mitigasi Dampak Geopolitik Timur Tengah
Menteri Keuangan Sri Mulyani menemui Wakil Presiden Maruf Amin untuk melaporkan hasil pertemuan IMF-World Bank Spring Meeting dan G20 yang saya hadiri di Washington DC. pekan lalu. Dalam pertemuan itu, Sri Mulyani pun membahas mitigasi dampak geopolitik di Timur Tengah.