Pemerintah Turunkan Target RPJMN Pertumbuhan Ekonomi

Kamis, 6 Desember 2018 06:20 WIB

Menteri Pembangunan dan Perencanaan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro saat memberikan opening speech dalam acara penandatanganan kerjasama (financial closing) proyek investasi di bidang infrastruktur di Hotel Nikko, Tanjung Benoa, Nusa Dua, Bali, Sabtu, 13 Oktober 2018. Tempo/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2014 pada kisaran 5,4 hingga 6,0 persen, dengan nilai tengah 5,7 persen. Angka tersebut disampaikan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) berdasarkan kajian bersama Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Japan International Cooperation Agency (JICA), dan Asia Development Bank (ADB).

Simak: Sri Mulyani Sebut Ekonomi RI Menarik untuk Investasi

Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menuturkan target tersebut lebih rendah dari RPJMN 2015-2019, sebesar 5,8 hingga 8,0 persen. “Sekarang ini, kami mencoba membuat yang lebih rasional dengan memperhitungkan kondisi terkini. Apalagi kondisi global juga bisa berubah,” ujar Bambang, Rabu 5 Desember 2018.

Untuk mencapai target tersebut, Bambang menuturkan sektor manufaktur diharapkan mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Hingga kuartal ketiga 2018, pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5,17 persen. Bappenas mematok pertumbuhan manufaktur sebesar 5,40 hingga 7,05 persen pada 2020-2024. Apalagi, manufaktur masih jadi penyumbang kontribusi terbesar dalam produk domestik bruto (PDB) sekitar 20 persen.

Kenyataannya, kata dia, tren pertumbuhan manufaktur justru merosot. Pada 1990-an, sektor ini dinilai mampu menyumbang di atas 27 persen PDB. Adapun strategi yang akan digenjot salah satunya adalah peningkatan produktivitas. Selama satu dekade terkahir, produktivitas tenaga kerja cenderung stagnan.

Advertising
Advertising

Kondisi tersebut berkebalikan dengan China yang produktivitasnya naik dua kali lipat pada periode yang sama. Selain itu, pemerintah juga mendorong peningkatan kualitas ekspor yang kompetitif. Pasalnya, rata-rata negara tetangga kontribusi manufaktur relatif besar terhadap total ekspor, yaitu 7,3 persen. Sementara itu, Indonesia masih kurang dari 50 persen. Kontribusi terbesar masih didominasi oleh ekspor komoditas.

<!--more-->

“Kalau manufaktur lebih cepat tumbuh maka pertumbuhan ekonomi juga lebih cepat. Kami ingin kembalikan lagi manufaktur lewat reindustrialisasi supaya kontribusinya di atas 20 persen,” ujar Bambang.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menuturkan industri manufaktur harus kembali sebagai sektor mainstream dalam pembangunan nasional. Untuk mendongkrak daya saing industri manufaktur nasional, kata dia, pemerintah mendorong ketersediaan bahan baku baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sehingga, kata dia, jalannya proses produksi tidak akan terganggu. Kemudian, ia menuturkan perlu biaya energi yang lebih kompetitif, seperti listrik dan gas industri.

“Pemerintah juga menciptakan iklim investasi kondusif melalui pemberian fasilitas insentif fiskal, berupa tax holiday dan tax allowance,” kata dia.

Airlangga juga menekankan pentingnya sumber daya manusia (SDM) industri yang produktif. Ia mengklaim Kemenperin sudah menjalankan program pendidikan dan pelatihan vokasi antara sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan industri serta di tingkat Politeknik.

Selain itu, Kemenperin juga tengah menjalin kerja sama dengan Swiss dan Jerman untuk memperbaiki kurikulum. Stretegi lainnya, pemerintah perlu membangun infrastruktur antar kawasan industri yang terintegrasi sehingga dapat mengurangi biaya transportasi logistik.

“Bahkan, kami pun terus mendorong pendalaman struktur industri melalui peningkatan investasi, terutama untuk sektor yang berorientasi ekspor atau substitusi impor,” tutur Airlangga.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menuturkan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai target di atas 5 persen, asalkan defisit transaksi berjalan harus tetap rendah di bawah 2 persen terhadap PDB. Jika tidak, kata dia, ekonomi Indonesia masih rentan terhadap fluktuasi perekonomian global, misalnya tekanan dari pergerakan nilai tukar dolar Amerika Serikat. Mirza sepakat sektor manufaktur bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

<!--more-->

Menurut Mirza, perlu ada pentahapan dalam mendorong sektor manufaktur. Pada tahap awal, sektor manufaktur yang net ekspornya sudah positif perlu diutamakan terlebih dahulu agar mendapatkan devisa.

Setelah itu, kata dia, pemerintah baru bisa mengembangkan sektor manufaktur dengan kontribusi impor terbesar secara optimal. Adapun sektor yang dinilai sudah memiliki net ekspor ekonomi yang positif adalah industri tekstil, alas kaki, makanan-minuman, komoditas, dan otomotif.

“Apabila yang didorong itu net impor terlebih dahulu, maka defisit ekspor-impornya akan semakin besar,” kata dia.

Berita terkait

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

3 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

3 hari lalu

Bank Indonesia: Pertumbuhan Ekonomi Berdaya di Tengah Gejolak Global

Bank Indonesia prediksi pertumbuhan ekonomi dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Masih berdaya di tengah gejolak global.

Baca Selengkapnya

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

4 hari lalu

Pasar Keuangan Global Kian Tak Pasti, BI Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

BI memperkuat bauran kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

4 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

4 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

6 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

7 hari lalu

Di Washington DC, Sri Mulyani Beberkan soal Bonus Demografi Muda hingga Reformasi Kesehatan

Sri Mulyani menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM, baik pada bidang pendidikan maupun kesehatan sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Selengkapnya

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

7 hari lalu

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan di antaranya akan membahas perkembangan ekonomi global.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

7 hari lalu

Konflik Iran-Israel, Ekonomi Indonesia Terancam Turun di Bawah 5 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia terancam turun menjadi di bawah 5 persen karena dampak konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya