Mantan Komisaris Ungkap 3 Alasan Investor Masih Minati Merpati

Sabtu, 17 November 2018 16:38 WIB

Merpati Airlines. TEMPO/Ifa Nahdi

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Komisaris Utama PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) atau yang dikenal dengan maskapai Merpati, Muhammad Said Didu mengungkapkan 3 hal yang menjadi alasan kenapa investor masih melirik maskapai ini. Menurut dia, hal pertama yang mungkin dipertimbangkan adalah masalah trust atau kepercayaan publik yang telah dimiliki Merpati.

BACA: Merpati Bisa Terbang Lagi Jika Penuhi Syarat-syarat Ini

"Bahwa memang pertama masyarakat sudah percaya kepada Merpati, terutama pada masyarakat yang dilayani penerbangan perintis seperti di Papua," kata Didu dalam sebuah diskusi bertajuk "Semoga Merpati Tak Ingkar Janji" yang digelar oleh SmartFM di Atjeh Connectin, Sarinah, Jakarta Pusat, Sabtu, 17 Desember 2018.

Sebelumnya, Merpati merencanakan bakal kembali terbang pada 2019. Maskapai milik Badan Usaha Milik Negara atau BUMN ini kini tengah menanti keputusan pengajuan perdamaian melalui homologasi setelah diputus tak jadi pailit dalam sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Negeri Surabaya.

Untuk mendukung rencana terbang kembali lagi pada 2019, Merpati akan melakukan debt restrukturisasi. Selain itu, Merpati juga mengaku telah mendapat dana komitmen dari investor senilai Rp 6,4 triliun. Dana tersebut didapatkan Intra Asia Corpora, investor dalam negeri yang terafiliasi dengan Asuransi Intra Asia dan PT Cipendawa.

Advertising
Advertising

Kemudian, Didu melanjutkan daya jual kedua yang dimiliki Merpati sehingga dilirik investor lagi ialah karena Merpati dikenal memiliki kultur keselamatan yang tinggi. Apalagi dengan karakter segementasi pasar penerbangan perintis tentu memiliki daya jual yang tinggi bagi investor.

Yang ketiga, menurut Didu, dengan karakter penerbangan perintis yang dimiliki Merpati, tentunya maskapai jenis ini masih banyak dibutuhkan di Indonesia. Dengan penerbangan perintis, Merpati diharapkan menjadi penerbangan yang menghubungkan remote area atau wilayah terluar dan pelosok.

"Jadi menurut saya yang harus dibangun Merpati itu adalah, menjadi jembatan penghubung udara nusantara," kata Didu yang juga pernah menjadi Sekretaris Menteri BUMN ini.

Kendati begitu, Didu mengaku cukup terkejut terhadap investor yang mau berinvestasi lagi terhadap Merpati. Sebab, bisnis pernerbangan merupakan bisnis yang berisiko, bergengsi namun memiliki margin kecil. Ia menilai orang yang berani berinvestasi kepada Merpati pasti memiliki talent untuk menghitung, dan memiliki nyali.

"Saya angkat topi pada orang yang mau masuk ke Merpati. Kalau saya disuruh maka saya mending bentuk baru, daripada melanjutkan. Kenapa? Karena lebih murah," kata dia.

Berita terkait

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

13 jam lalu

Usai Bendesa Adat Tersangka Pemerasan, Kejati Bali Buka Peluang Koordinasi dengan Majelis Desa Adat

Kejati Bali membuka peluang berkoordinasi dengan Majelis Desa Adat Bali usai menetapkan Bendesa Adat Berawa sebatersangka pemerasan investor.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

3 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

3 hari lalu

Chandra Asri Raih Pendapatan Bersih US$ 472 Juta

PT Chandra Asri Pacific Tbk. (Chandra Asri Group) meraih pendapatan bersih US$ 472 juta per kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

5 hari lalu

Timothy Ronald, Pemegang Saham Termuda Holywings Group

Bisnis dari Holywings Group tidak hanya mencakup beach club terbesar di dunia (Atlas) dan di Asia (H Club), tapi juga klub dan bar

Baca Selengkapnya

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

6 hari lalu

Bahlil Prioritaskan Investor Lokal untuk Investasi di IKN: Asing Masuk Klaster Dua

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah memprioritaskan pengusaha dalam negeri untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

9 hari lalu

YLKI: Pemerintah Mesti Lebih Tegas Menindak Pinjol Ilegal, hingga Mengusut Aliran Dana dan Investor

Satgas Pasti menemukan 537 entitas pinjol ilegal di sejumlah situs dan aplikasi sepanjang Februari hingga Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

9 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

10 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

10 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Putusan MK Dinilai Beri Kepastian pada Investor, Ekonom BCA: Semoga Belanja Modal Meningkat

13 hari lalu

Putusan MK Dinilai Beri Kepastian pada Investor, Ekonom BCA: Semoga Belanja Modal Meningkat

Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai putusan MK akan memberikan legitimasi atau kepastian hukum terhadap Pemilu.

Baca Selengkapnya