Tahapan Rencana Inalum Setelah Kantongi Rp 58 T dari Surat Utang

Sabtu, 17 November 2018 08:29 WIB

Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, menyaksikan CEO Freeport McMoRan Richard Adkerson dan Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin, menandatangani Sales and Purchase Agreement, di Gedung Setjen Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis 27 September 2018. Penandatanganan ini membuat jumlah saham PT Freeport Indonesia (PTFI) yang dimiliki PT Inalum akan naik dari 9,36 persen menjadi 51,23 persen. ANTARA FOTO/Galih Pradipta

TEMPO.CO, JAKARTA - Langkah PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) untuk mengakuisisi 51 persen saham PT Freeport Indonesia semakin dekat. Setelah mendapat dana dengan merilis obligasi global (global bonds) senilai US$ 4 miliar atau sekitar Rp 58 triliun, Inalum tinggal menunggu kesepakatan antara pemerintah dengan PTFI terkait isu lingkungan dan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) definitif.

Baca juga: Inalum Dapatkan Rating Baa2 atau Stabil dari Moody's

"Sekarang sih kalau di kami, kapan pun perundingan (pemerintah dan PTFI) selesai, kami bisa bayar," kata Direktur Utama PT INALUM Budi Gunadi Sadikin, di Jakarta, Jumat 16 Oktober 2018.

Juru Bicara PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan bahwa proses akuisisi masih cukup panjang. Pembayaran divestasi hanyalah satu dari lima kesepakatan dengan pemerintah. Empat kesepakatan lain yang harus dipenuhi adalah pembangunan smleter, ada peningkatan penerimaan negara, kelangsungan operasi bagi PTFI hingga 2041, dan stabilitas investasi. "Kalau lima kesepakatan itu belum jadi satu kesepakatan, maka belum selesai," kata Riza.

Advertising
Advertising

Riza pun mengatakan saat ini urusan lingkungan masih dalam tahap konsultasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dua rekomendasi yang sedang dalam proses adalah terkait Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) dan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH).

Pilihan PT INALUM untuk menggunakan obligasi global untuk mebiayai divestasi berubah dari rencana awal dengan mengandalkan dana dari sindikasi bank. Budi mengatakan global bonds dipilih karena pelunasan pinjaman dari sindikasi bank akan sangat tergantung dari suku bunga di London Interbank Offerd (LIBOR). Sedangkan saat ini tren bunganya sedang naik. "Bagusnya global bonds itu kan bunganya fix," kata Budi.

Selain itu, Budi mengatakan obligasi mewajibkan pembayaran cicilan pokok hanya di ujung saja. Berbeda dari pinjaman sindikasi yang cicilannya harus dibayar tiap enam bulan atau setahun sekali. "Jadi secara cash flow lebih bagus," kata Budi.

Pada September lalu, Budi memang mengatakan akan menerbitkan global bond. Saat itu ia menyebut Pasar Saham di Singapura menjadi tujuan karena bisa mernarik lebih banyak investor asing. Awalnya global bonds diterbitkan hanya untuk membayar pinjaman dari sindikasi saja. Namun dalam perkembangannya, Budi menyebut penwaran yang masuk justru lebih besar (oversubscribe).

Obligasi global ini nantinya akan memiliki empat tenor. Yang paling cepat dibayarkan pada 2021 senilai U$ 1 miliar dengan imbal hasil 5,5 persen. Pada 2048, tenor terakhir dibayarkan senilai US$ 750 juta, dengan imbal hasil 6,75 persen.

Angka US$ 4 miliar ini lebih besar dari nilai divestasi yang disepakati sebesar US$ 3,85 miliar. Head of Corporate Communications Inalum, Rendy Witoelar mengatakan bahwa sisa uang sebesar US$ 150 juta tetap akan digunakan. "Sisa dana itu buat refinancing hutang-hutang anggota holding," kata Rendi kemarin.

Rendi pun mengatakan sindikasi bank, berubah menjadi pihak penjamin (underwriter) global bonds ini. Ia menyebut ada tujuh bank yang tergabung dalam sindikasi yakni, BNP Paribas, Citibank, sama Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG), Maybank, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), CIMB, dan Standard Chartered.

Dengan selesainya tahap ini, PT Inalum tinggal menyelesaikan pelaporan persaingan usaha (anti-trust) ke lima negara lokasi Freeport McMoran. Rendi mengatakan saat ini prosesnya telah berjalan seluruhnya. "Dari semua regulator di setiap negara sudah memberi indikasi Desember sudah selsai semua," kata dia.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menilai pilihan INALUM untuk memilih global bonds memiliki resiko jangka panjang. Ia menilai obligasi lebih berat dari sisi cost of borrowing. "Apalagi obligasi berbentuk valas. Karena selisih kurs untuk bayar cicilan pokok dan sekarang era bunga tinggi pasca fed rate naik," kata Bhima.

Berita terkait

2023, PT Freeport Indonesia Catat Laba Rp 48,79 Triliun dan Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua

1 hari lalu

2023, PT Freeport Indonesia Catat Laba Rp 48,79 Triliun dan Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua

PT Freeport Indonesia berhasil memproduksi tembaga 1,65 miliar pound serta 1,97 juta ounces emas dan meraup laba bersih Rp 48,79 triliun pada 2023.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Lesu Rupiah terhadap Dolar AS, 7 Orang Terkaya di Dunia hingga Riwayat Saham Freeport Indonesia

15 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Lesu Rupiah terhadap Dolar AS, 7 Orang Terkaya di Dunia hingga Riwayat Saham Freeport Indonesia

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis sepanjang Sabtu, 13 April 2024 dimulai dengan nilai rupiah anjlok ke level Rp 16.128 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Keputusan WFH dan WFO bagi ASN setelah Libur Lebaran, Riwayat Saham Freeport Indonesia

15 hari lalu

Terkini Bisnis: Keputusan WFH dan WFO bagi ASN setelah Libur Lebaran, Riwayat Saham Freeport Indonesia

Keputusan work from home atau WFH dan work from office (WFO) bagi ASN pada Selasa-Rabu, 16-17 April 2024.

Baca Selengkapnya

Riwayat Saham Freeport Indonesia: Dijual ke Bakrie dan Dibeli Lagi, Kini 61 Persennya Diincar RI

15 hari lalu

Riwayat Saham Freeport Indonesia: Dijual ke Bakrie dan Dibeli Lagi, Kini 61 Persennya Diincar RI

Presiden Jokowi memerintahkan divestasi saham lanjutan PT Freeport Indonesia sehingga negara mempunyai saham 61 persen.

Baca Selengkapnya

Bos Freeport Sebut Progres Proyek Smelter Gresik Sudah Capai 94 Persen

18 hari lalu

Bos Freeport Sebut Progres Proyek Smelter Gresik Sudah Capai 94 Persen

Dirut PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengungkap progres proyek smelter tembaga di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik.

Baca Selengkapnya

Bos Freeport Ungkap Kelanjutan Negosiasi Saham yang Disebut Jokowi Berjalan Alot

19 hari lalu

Bos Freeport Ungkap Kelanjutan Negosiasi Saham yang Disebut Jokowi Berjalan Alot

Tony Wenas mengklaim Freeport tak menghadapi kendala ihwal penambahan saham negara.

Baca Selengkapnya

Lebaran, Bos Freeport ke Rumah Menteri Bahlil

19 hari lalu

Lebaran, Bos Freeport ke Rumah Menteri Bahlil

Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas tampak berkunjung ke rumah dinas Menteri Bahlil di hari lebaran.

Baca Selengkapnya

PT Inalum Bagikan Sembako Murah Ramadan

23 hari lalu

PT Inalum Bagikan Sembako Murah Ramadan

PT Indonesia Asahan Aluminium atau PT Inalum di Kuala Tanjung membagikan Sembako murah.

Baca Selengkapnya

Beberkan Isi Pertemuan Jokowi dan Bos Freeport, Bahlil: Smelter Gresik Segera Produksi

27 hari lalu

Beberkan Isi Pertemuan Jokowi dan Bos Freeport, Bahlil: Smelter Gresik Segera Produksi

Menteri Bahlil membeberkan isi pertemuan Presiden Jokowi dan bos Freeport. Smelter Gresik akan mulai produksi Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Menteri ESDM Targetkan Penambahan Saham Freeport Beres Juni

31 hari lalu

Menteri ESDM Targetkan Penambahan Saham Freeport Beres Juni

Seperti halnya Jokowi, Arifin Tasrif menargetkan kepastian penambahan saham Indonesia di Freeport bisa rampung Juni 2024.

Baca Selengkapnya