Melantai di BEI, The Duck King Bakal Ekspansi ke Pasar Vietnam

Rabu, 10 Oktober 2018 13:45 WIB

The Duck King. Instagram.com

TEMPO.CO, Jakarta - PT Jaya Bersama Indo Tbk (Perseroan), pengelola jaringan restoran chinese food terbesar di Indonesia resmi mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten dengan kode perdagangan DUCK tersebut, menawarkan sebesar 513.330.000 lembar saham dengan harga Rp 505 per saham melalui mekanisme Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO).

Baca juga: Krisis Argentina Bakal Jadi Sentimen Negatif bagi BEI

PT Jaya Bersama Indo Tbk (Perseroan) Dewi Tio mengatakan nilai tersebut setara dengan 40 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah IPO.

Dewi mengatakan penawaran umum perdana saham perseroan ini mendapatkan respon yang positif dan antusiasme dari masyarakat yang besar, di mana tercermin dari over subscribe pooling yang mencapai lebih dari 80 kali. Hal ini terjadi terutama disebabkan oleh kinerja keuangan Perusahaan yang baik dan harga penawaran saham yang menarik yaitu valuasi Price Earning Ratio (PER) tahun 2018 sebesar 5,8 kali dengan asumsi menggunakan proyeksi net income tahun 2018.

Perseroan menjadi emiten ke-43 yang tercatat di BEI tahun 2018 atau emiten ke-606.

Advertising
Advertising

"Perseroan mengadakan program Employee Stock Allocartion (ESA) dengan mengalokasikan 0,006 persen dari jumlah penerbitan saham yang ditawarkan atau sebanyak 30.000 saham," kata Dewi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu, 10 Oktober 2018.

Selain itu, kata Dewi perseroan juga menerbitkan opsi saham untuk program Management and Employee Stock Ownership Program (MESOP) sebanyak-banyaknya 10 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO atau sebanyak-banyaknya 128.333.000 lembar saham.

Sesuai dengan prospektus, kata Dewi Perseroan akan mengalokasikan sebesar 80 persen dana hasil IPO untuk ekspansi bisnis, membuka gerai baru dan merenovasi gerai yang ada. Sedangkan sisanya, ujar Dewi sebesar 20 persen untuk modal kerja.

Lebih lanjut Dewi mengatakan gerai baru akan dibuka pada sejumlah kota besar di Indonesia antara lain di Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan. Selain itu, menurut Dewi perseroan juga akan berekspansi ke luar negeri dengan menyasar pasar di Vietnam, Kamboja, dan Myanmar. Perusahaan memiliki tiga merek utama, yaitu The Duck King, Fook Yew, dan Panda Bowl, serta tujuh sub-merek dari The Duck King untuk menangkap permintaan di segmen konsumen kelas menengah yang sedang tumbuh di Indonesia.

Dewi mengatakan pada tahun 2017 perseroan berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 23,4 persen dari Rp 436 miliar pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp 538 miliar pada tahun 2017. Adapun EBITDA naik 118,2 persen dari Rp 62 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 134 miliar pada tahun 2017. Margin EBITDA mencapai 24,9 persen. Sedangkan net margin tahun 2017 sebesar 13,5 persen, dengan perolehan laba bersih sebesar Rp 72 miliar.

Sedangkan kata Dewi total aset meningkat 18,3 persen dari Rp 447 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 529 miliar pada tahun 2017. Total Ekuitas naik 32 persen dari Rp 241 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 318 miliar pada tahun 2017. Total Kewajiban naik 2,3 persen dari Rp 206 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp 211 miliar pada tahun 2017.

Sedangkan current ratio naik dari 1,9 kali menjadi 2,2 kali. ROE turun dari 36,7 persen menjadi 22,6 persen. ROA turun dari 19,7 persen menjadi 13,6 persen, dan debt to equity ratio (DER) stabil, yakni sebesar 0,2 kali.

Simak berita tentang BEI hanya di Tempo.co

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

11 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

3 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

7 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

7 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

7 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

8 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

10 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

14 hari lalu

SimInvest: Konflik Timur Tengah Tak Berpengaruh Langsung terhadap Bursa Saham Indonesia

SimInvest memprediksi dampak konflik timur Tengah tak begitu berpengaruh langsung terhadap bursa saham Indonesia.

Baca Selengkapnya

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

14 hari lalu

Seberapa Jauh Ekonomi Indonesia Terkena Imbas Efek Domino Serangan Iran ke Israel?

Pasca-serangan Iran ke Israel, perekonomian Asia ditengarai melemah diikuti dengan beragam fenomena yang terjadi. Bagaimana dampak bagi Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

14 hari lalu

Timur Tengah Memanas, OJK Beberkan Dampaknya ke Sektor Jasa Keuangan RI

OJK membeberkan dampak memanasnya konflik di Timur Tengah kinerja intermediasi dan stabilitas sistem keuangan nasional.

Baca Selengkapnya