TEMPO.CO, Jakarta - Krisis Argentina berpotensi memberi sentimen negatif kepada IHSG. Sehingga pasar modal Indonesia diperkirakan bergerak pada level 5.949-6.013 pekan depan.
BACA: Akhir Agustus, IHSG Diprediksi Masih Menguat Terbatas
Analis FAC Sekuritas, Wisnu Prambudi Wibowo, menuturkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah karena adanya efek psikologis yang muncul dari krisis di Argentina.
Wisnu mengatakan bank sentral Argentina telah menaikkan suku bunga hingga 60 persen. Dia mengemukakan ada ketakutan di kalangan investor pasar modal bahwa krisis itu bakal berdampak ke negara berkembang lainnya.
"Di tengah kondisi begini, investor memilih mengantongi safe haven. Ini juga berpotensi membuat rupiah semakin tertekan," katanya kepada Bisnis, Jumat, 31 Agustus 2018.
Sepekan terakhir, Wisnu memerinci ada tiga hari perdagangan pasar modal yang mencatatkan net buy dan dua hari net sell.
Menurut dia, aksi net buy tersebut berasal dari sentimen bank sentral Cina yang menerapkan kebijakan untuk menjaga yuan lebih stabil, sehingga hal itu memberi efek positif kepada negara regional.
Selain itu, Cina memiliki kesepakatan perdagangan baru dengan Meksiko. Faktor lain yang diperhatikan investor ialah kesepakatan dagang Amerika Serikat-Meksiko dan Amerika Serikat-Kanada.
Wisnu menambahkan, aksi net buy pada sepekan terakhir juga ditengarai adanya kebijakan B20 yang telah berhasil mengerek saham emiten perkebunan.
Hingga pekan depan, kata Wisnu, krisis Argentina juga masih menjadi fokus investor pasar modal. Dia menuturkan pelaku pasar modal juga tengah menanti aksi Bank Indonesia untuk menstabilkan rupiah, karena rupiah telah bergerak menuju Rp14.800.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 31 Agustus 2018, IHSG memerah, turun 0,01 persen atau setara 0,5 poin menuju level 6.018,46. Sepanjang pekan ini, IHSG juga sempat menguat hingga 0,83 persen.